Mari kita simak informasi Allah SWT, berikut ini.
“Tuhan Dua Timur dan Tuhan Dua Barat.”
(QS. Ar-Rahmaan: 17).
Dalam kamus bahasa Indonesia, Barat dan Timur adalah nama mata angin. Barat atau tempat matahari terbenam di dalam Al-Qur’an disebut dengan maghrib asy –syams dan Timur adalah tempat matahari terbit disebut dengan mathla asy-syams.
Syaikh Hamdi bin Hamzah Abu Zaid dalam bukunya ‘Membuktikan Kebenaran Yang Diungkap Al-Qur’an’ meyakini bahwa Kepulauan Maladewa di Samudra India adalah lokasi maghrib asy –syams dan Kiribati di Samudra pasifik sebagai tempat mathla asy-syams. Dalam penelitiannya, dia menemukan kepulauan Maladewa mempunyai selisih waktu sekitar 6 jam dari Greenwich. Maladewa lebih cepat dari Greenwich. Sedangkan tempat matahari terbit di Kiribati, lebih cepat 12 jam dari Maladewa. Bumi berputar pada porosnya setengah putaran atau setengah hari mulai dari Kiribati tempat matahari terbit menuju Maladewa, tempat matahari terbenam. Sebab, kedua tempat itu tersebut berada kira-kira lurus dengan khatulistiwa. Serta banyak bukti-bukti lain yang disajikan, dalam rangka membuktikan secara ilmiah kedua tempat yang dimaksud ini.
Dalam Surat Ar-Rahman di atas Allah SWT menggugah rasa ingin tahu manusia dengan firman-Nya bahwa timur dan barat ada dua. Pernyataan ini tak pelak lagi menantang konsep kuno yang mengganggap timur dan barat adalah suatu titik, suatu tempat. Dalam bahasa arab timur disebut masyriq, tempat terbit matahari, dan barat disebut maghrib, tempat terbenamnya matahari. Kita tahu bahwa timur dan barat tidak pernah ada, yang ada hanya arah yang sifatnya relatif dan abstrak, tidak ada wujudnya. Kita bisa berjalan ke timur, tetapi tidak pernah akan sampai di tempat yang namanya Timur. Paling-paling bisa disebut lokasi yang berada di sebelah timur dari tempat sebelumnya.
Ilmu geografi memberitahu kita bahawa matahari terbit dari timur, tetapi sudut matahari terbit mengalami pergeseran sepanjang tahun. Hanya pada dua dalam setahun dikenal sebagai ‘ekuinoks‘, matahari terbit dari timur yang sama. Hari lainnya , agak sedikit ke utara atau sedikit ke selatan dari arah timur. Selama musim panas matahari terbit dari satu ekstrim timur dan selama musim dingin itu matahari terbit bergeser ke titik ekstrim timur yang lain. Sama halnya, musim panas matahari terbenam dari satu ekstrim barat dan selama musim dingin itu matahari terbenam bergeser ke titik ekstrim barat yang lain. Fenomena ini dapat dengan mudah dilihat di Bombay atau kota-kota lain, oleh orang-orang yang tinggal di daerah-daerah tertentu, atau di gedung-gedung pencakar langit tinggi, di mana dimana matahari terbenam dapat dilihat. Mereka bisa memperhatikan bahwa selama musim panas matahari terbit dari satu ekstrim timur dan selama musim dingin matahari itu terbit dari titik ekstrim timur yang lain . Singkatnya, sepanjang tahun, matahari terbit dari dua titik timur yang berbeda dan terbenam didua titik barat yang berbeda. Jadi ketika Al Qur’an mengatakan bahwa Allah sebagai Tuhan dua timur dan dua barat, itu berarti bahwa Allah adalah Tuhan Pemilik dua Barat dan Dua Timur.
Dalam majalah Al I’Jaz al’Ilmy edisi Ramadhan 1425 H (dikutip dari buku Mukjizat Sains Al-Qur’an oleh Bambang Pranggono), Khalik bin Hamzah mencoba mengulas tentang ayat di atas. Makna Dua Timur dan Dua Barat merupakan fenomena tempat terbit dan terbenamnya matahari yang berubah-rubah sepanjang musim untuk daerah belahan bumi di utara dan selatan khatulistiwa. Tetapi ulasan ini masih terkait dengan tempat dan terbitnya matahari. Sebetulnya (menurut: Bambang Pranggono), apabila direnungkan lebih dalam lagi, barangkali Allah bermaksud mengajak manusia merekonstruksi segala konsep tentang timur dan barat selama ini. Selain bukan titik, arah timur dan barat itu pun tidak hanya satu. Bisa dua. Bisa banyak. Bisa tak terhingga. Bisa juga hilang. Bila kita berdiri persis di Kutub Utara, timur dan barat akan lenyap. Ke mana pun kita menghadap, arahnya Selatan. Di Kutub Selatan, ke mana pun kita menghadap hanya ada utara. Timur dan Barat juga tidak ada di sana. Kalau kita bisa menyelam sampai ke pusat bumi, arah timur dan barat menghilang. Kalau kita terbang ke angkasa luar maka timur, barat, utara dan selatam hilang semua.
Di suatu plenet yang satu sisinya selalu menghadap matahari dan sisi lainya selalu mengalami malam gelap, tak ada timur arah matahari terbit dan tak ada barat arah matahari terbenam. Sedangkan untuk posisi di permukaan matahari, di manakah timur arah matahari terbit, dan di manakah barat tempat matahari terbenam? Matahari ternyata berputar pada porosnya. Barangkali timur bisa didefinisikan menjadi arah yang sama dengan arah putaran benda langit tersebut. Bila setiap benda langit memiliki arah rotasi masing-masing, berarti setiap benda punyai timur dan barat masing-masing. Ini tambah menyakinkan kita akan kebenaran firman Allah bahwa timur dan barat itu banyak sekali.
Bila perjalanan kita lebih jauh lagi menjauhi tata surya sampai matahari kita tampak makin kecil dan lenyap, hilang juga arah timur dan barat. Ketika mendarat di planet galaksi lain di mana mataharinya kembar, perlu definisi lain lagi tentang timur dan barat. Ke mana pun kita pergi, ke bawah tanah atau ke atas ke luar angkasa, istilah timur dan barat melebur dalam kemajemukan dan ketiadaan makna. Subhanallaah. Kebanggaan semu bahwa budaya timur atau barat lebih unggul, juga menjadi kehilangan makna. Sebagaimana firman Allah SWT,
“Tidak ada arti kebaikannya kamu menghadap ke Timur dan ke Barat.” (Q.S. Al-Baqarah: 177).
Bahasa Arab memiliki dua jenis bentuk jamak. Satu adalah dual jamak yaitu jamak yang menunjukkan arti dua. Lainnya adalah jamak untuk lebih dari dua, yaitu tiga dan di atasnya. Dalam Surah Rahman ayat 17 yang digunakan adalah kata Bahasa Arab mashriqaini dan magribaini menggunakan dual jamak dan karena itu menyiratkan dua timur dan dua barat.
Kita dapat menyimpulkan bahwa Al-Quran menunjukkan bahwa Allah sebagai Tuhan di semua titik di timur dan semua titik di barat, serta Tuhan, baik ekstrim barat maupun ekstrim timur dan diantara keduanya
Sesungguhnya, alangkah luasnya jangkauan ayat Al-Quran yang kebenarannya tak terbantahkan.
“Maka nikmat Tuhammu yang mana lagi engkau dustakan?” (QS. Ar- Rahman: 16).***
[Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U | Dosen Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil UIR]
UNTUK DIPERHATIKAN
Admins menghormati hak kebebasan berpendapat anda dalam merespons artikel manapun yang tersaji di sini. Karenanya, tidak ada pemberlakuan persyaratan khusus yang dapat diartikan sebagai pembatasan atas hak tsb. Sebagai gantinya, kami hanya minta anda menghormati kewajiban moral anda sendiri dengan menghargai tata-krama serta adab yang berlaku dalam budaya kita. Ekspresikanlah pendapat anda dengan menggunakan bahasa yang baik. Terima kasih.
0 Comments:
Post a Comment