Masalah Seputar Pernikahan Yesus

Kendati tidak ada satu dalilpun dalam injil-injil Perjanjian Baru yang menyebut, apalagi memastikan status pernikahan Yesus, namun Doktrin Kristen memaksa pengikutnya untuk percaya dan meyakini sepenuhnya bahwa Yesus Kristus tidak menikah. 

Alasannya?
Jika Yesus menikah, apalagi sampai mempunyai keturunan, maka ini akan menjadi problem luar biasa besar bagi keimanan Kristen yang sudah pasti akan menggugurkan seluruh klaim kekristenan tentang ketuhanan Yesus yang disebut-sebut sebagai "anak tunggal" Allah! 

Bayangkan, akan disebut dan diperlakukan seperti apa seluruh keturunan Yesus yang mau tidak mau harus diakui sebagai anak, cucu, cicit, dan canggah Allah ini? Harus disembah sebagai tuhan juga, atau diperlakukan seperti manusia biasa?

Terlepas seberapa besar iman umat Kristen meyakini "mustahil" Yesus menikah, nyatanya berbagai studi dan penelitian yang dilakukan oleh para sarjana alkitab terhadap naskah-naskah tua yang ada, khususnya yang ditemukan di Nag Hamadi dan dikenal sebagai Dead Sea Scrolls, mengindikasikan bahwa semasa hidupnya Yesus dipercaya menikah!

Simak beberapa catatan terkait pernikahan Yesus berikut ini.
Masalah Seputar Pernikahan Yesus
Share on Google Plus

Bagus Pamungkas

Saya adalah salahseorang cantrik Sekolah Minggu Gus Mendem dan Kawan Kawan dalam barisan Muslim yang melawan aksi penyesatan iman dan segala bentuk upaya pemurtadan terhadap umat Islam yang dilakukan secara melawan hukum baik oleh individu-individu maupun kelompok-kelompok tertentu demi kepentingan Kristen. Meski demikian, blog ini tidak dimaksudkan untuk umat Kristen secara luas melainkan terbatas hanya untuk para Misionaris, Evangelis, dan pendukungnya saja. Publikasi blog ini adalah bagian dari tugas para cantrik Gus Mendem menghimpun berbagai konten yang relevans dengan isu di atas, untuk selanjutnya diwartakan ke tengah-tengah komunitas penginjil dimaksud
UNTUK DIPERHATIKAN
Admins menghormati hak kebebasan berpendapat anda dalam merespons artikel manapun yang tersaji di sini. Karenanya, tidak ada pemberlakuan persyaratan khusus yang dapat diartikan sebagai pembatasan atas hak tsb. Sebagai gantinya, kami hanya minta anda menghormati kewajiban moral anda sendiri dengan menghargai tata-krama serta adab yang berlaku dalam budaya kita. Ekspresikanlah pendapat anda dengan menggunakan bahasa yang baik. Terima kasih.
    Blogger
    Facebook

0 Comments:

Post a Comment