BUKTI ILAHIYAH - AL-QUR'AN DAN HADITS
Firman Allah dan Hadits Rasulullah (saw)
"Telah hampir saat (qiamat) dan telah terbelah bulan." (Quran, 54:1)"
Berita tentang terbelahnya bulan pada jaman Nabi saw banyak diriwayatkan oleh para Shahabat, sehingga hadis tentang terbelahnya bulan adalah hadis Muthawatir.
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Masud: "Pada masa hidup Nabi saw, bulan terbelah dua dan melihat ini Nabi saw bersabda: "Saksikanlah!" [Sahih Bukhari, juz 4 no 830]
Diriwayatkan oleh Anas: "Ketika orang-orang Mekah meminta Rasulullah saw untuk menunjukkan mukjizat, maka Nabi menunjukkan bulan yang terbelah." [Sahih Bukhari, juz 4 no 831]
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas: "Bulan terbelah menjadi dua pada masa hidup Nabi saw." [Sahih Bukhari, juz 4 no 832]
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik: "Orang-orang Mekah meminta Nabi saw untuk menunjukkan sebuah mukjizat. Maka Beliau menunjukkan bulan yang terbelah menjadi dua bagian, sehingga gunung h***' itu dapat mereka lihat diantara dua belahannya." [Sahih Bukhari, juz 5 no 208]
Diriwayatkan oleh 'Abdullah: "Diwaktu kami bersama-sama Rasulullah saw di Mina, maka terbelah bulan, lalu sebelahnya berlindung dibelakang gunung, maka sabda Rasulullah saw: "Saksikanlah!" Saksikanlah!" [Sahih Bukhari, juz 5 no 209]
Diriwayatkan oleh 'Abdullah bin 'Abbas: "Pada masa hidup Nabi saw bulan terbelah menjadi dua." [Sahih Bukhari, juz 5 no 210]
Diriwayatkan oleh 'Abdullah: "Bulan terbelah menjadi dua." [Sahih Bukhari, juz 5 no 211]
BUKTI ILMIAH - PENGAMATAN APOLLO 10
Lunar Rille Theory
AS10-31-4645 - What could cause a long indentation on the Moon? First discovered over 200 years ago with a small telescope, rilles (rhymes with pills) appear all over the Moon.
Three types of rilles are now recognized: sinuous rilles, which have many meandering curves, arcuate rilles which form sweeping arcs, and straight rilles, like Ariadaeus Rille pictured above. Long rilles such as Ariadaeus Rille extend for hundreds of kilometers. Sinuous rilles are now thought to be remnants of ancient lava flows, but the origins of arcuate and linear rilles are still a topic of research. The above linear rille was photographed by the Apollo 10 crew in 1969 during their historic approach to only 14-kilometers above the lunar surface. Two months later, Apollo 11, incorporating much knowledge gained from Apollo 10, landed on the Moon.
BUKTI NALAR - PEMAHAMAN MELALUI AKAL BUDI
Para saksi mata dan periwayat
Jika ditanya, adakah saksi mata dan sumber informasi dari peristiwa tersebut?
Jawabnya, ada!
Apakah orang-orang yang mengumpulkan atau membukukan peristiwa itu patut dipercaya?
Jawabnya, iya!
Saksi mata dan sumber informasi peristiwa bulan terbelah menjadi dua adalah:
1. Ibnu Abbas
2. Anas Bin malik
3. Abdullah
Orang terpercaya yang membukukan hadist tentang peristiwa tersebut adalah:
- Imam Bukhari
Siapakah Imam Bukhari?
Imam Bukhari ,lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju'fiy Al Bukhari, namun beliau lebih dikenal dengan nama Bukhari. Beliau lahir pada hari Jumat, tepatnya pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Kakeknya bernama Bardizbeh, turunan Persi yang masih beragama Zoroaster. Tapi orangtuanya, Mughoerah, telah memeluk Islam di bawah asuhan Al-Yaman el-Ja’fiy. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari penuh dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat melihat karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan penglihatannya tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdo'a untuk kesembuhan beliau. Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah, menjelang usia 10 tahun matanya sembuh secara total.
Imam Bukhari adalah ahli hadits yang termasyhur diantara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Ahmad, Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih dan hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.
Tempat beliau lahir kini termasuk wilayah Rusia, yang waktu itu memang menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan Islam sesudah Madinah, Damaskus dan Bagdad. Daerah itu pula yang telah melahirkan filosof-filosof besar seperti al-Farabi dan Ibnu Sina. Bahkan ulama-ulama besar seperti Zamachsari, al-Durdjani, al-Bairuni dan lain-lain, juga dilahirkan di Asia Tengah. Sekalipun daerah tersebut telah jatuh di bawah kekuasaan Uni Sovyet (Rusia), namun menurut Alexandre Benningsen dan Chantal Lemercier Quelquejay dalam bukunya "Islam in the Sivyet Union" (New York, 1967), pemeluk Islamnya masih berjumlah 30 milliun. Jadi merupakan daerah yang pemeluk Islam-nya nomor lima besarnya di dunia setelah Indonesia, Pakistan, India dan Cina.
Bandingkan dengan peristiwa Yesus menghidupkan orang mati, misalnya, siapa nama saksi mata dan sumber informasinya? Tidak ada!
Siapa yang menuliskan peristiwa itu ke dalam alkitab? Dan yang paling penting adalah, siapa sesungguhnya para pengarang Injil kanonik ini?
Kisah Bulan Terbelah
Ringkasnya, ketika penduduk Makkah meminta agar Rasulullah (saw) membelah Bulan, maka beliau dan penduduk Makkah naik ke Jabal Qubais (gunung batu di timur Makkah). Kemudian Rasulullah (saw) mengacungkan telunjuknya ke Bulan, dan atas ijin Allah bulan pun terbelah menjadi dua bagian. Separuh belahan Bulan bergerak ke kiri sementara separuhnya lagi bergerak ke kanan, lalu bergerak lagi dan menyatu di tempat semula. Ini membuat penduduk Makkah demikian takjub meski sebagian dari mereka tetap saja dalam kekafirannya. Fenomena ini terlihat juga oleh sejumlah karavan dagang yang sedang dalam perjalanan ke Makkah, demikian pula di Malabar (India barat daya), Raja Chakrawati Farmas juga melihat kejadian itu yang disebutnya sebagai "kabar dari langit" tentang tanda-tanda kenabian yang telah turun di Arab.
Kini di lereng barat Jabal Qubais telah didirikan sebuah mesjid kecil untuk mengenang peristiwa ini. Namun bagaimana 'nasib' mesjid kecil ini pasca perluasan istana Kerajaan Saudi di Makkah yang juga berlokasi di Jabal Qubais, kita lihat saja nanti.
Catatan: Jabal Qubais menurut cerita orang Arab adalah gunung tertua di Bumi. Ini bukan sekedar dongeng. Tanah Arabia bagian barat tempat kota Makkah berdiri adalah bagian dari Arabian Nubian Shield yang usianya sangat tua, dimana batuan metamorfik ofiolit-nya terbentuk 870 juta tahun silam.
Sementara mayoritas pegunungan di Bumi - kecuali Appalachia - umurnya kurang dari 300 juta tahun, yang terbentuk kala lempeng-lempeng tektonik mulai eksis bersamaan dengan pembelahan superkontinen Pangea. Meski 50 km di utara Jabal Qubais terdapat "ujung" zona kelurusan Makkah-Madinah-Nufud yang menjadi tempat berdirinya vulkan rekahan Harrah Rahat nan gigantik dengan endapan lava alkali basaltiknya dan lahir 10 juta tahun silam, namun aliran lavanya tidaklah menjangkau wilayah Jeddah-Makkah-Thaif. Ini ditunjukkan oleh batuan dasar Makkah yang berupa batuan beku diorit, dan kemungkinan Jabal Qubais pun tersusun oleh diorit.
BUKTI KEILMUAN - SAINS & TEKNOLOGI
Estimasi Waktu dan Daya Pisah Mata
Mari mengestimasi dulu waktu terjadinya shaqq al-Qamar ini. Saat itu Nabi SAW belum berhijrah, maka shaqq al-Qamar terjadi beberapa waktu (bulan/tahun?) sebelum Oktober 621 CE. Saat shaqq al-Qamar terjadi Nabi SAW dan penduduk Makkah berdiri di lereng Jabal Qubais yang menghadap ke Ka'bah, yakni lereng barat, maka kemungkinan besar pandangan pun terarah ke langit barat sehingga azimuth Bulan saat itu berada dalam rentang 180 - 360 derajat. Shaqq al-Qamar terjadi di waktu malam, sebelum mayoritas penduduk Makkah tertidur namun selepas shalat Isya'. Awal Isya' di Makkah dalam setahun Julian berkisar antara pukul 19.00 - 20.30 Local Time. Maka dapat saja kita asumsikan shaqq al-Qamar terjadi jam 21.00 Local Time.
Shaqq al-Qamar juga disaksikan di Malabar, yang beda waktu-nya 2,5 jam dibanding Makkah (Makkah = GMT + 3, Malabar = GMT + 5,5) maka di Malabar pada jam 23.30 Local Time tentunya Bulan pun belum terbenam. Karena Raja Chakrawati beranggapan shaqq al-Qamar adalah kabar dari langit tentang kenabian yang telah turun di Arab, mari asumsi- kan "tradisi" astronomi zaman itu (mngambil analogi 'bintang' Betlehem yang menuntun orang-orang Majusi ke tanah Palestina) masih berlaku, sehingga Bulan berada di arah Arabia jika dilihat dari Malabar, alias azimuth Bulan sejajar dengan busur Malabar-Makkah. Maka, mengguna- kan titik acuan kota Bhuj (23deg 17min LU 69deg 40min BT) di wilayah Malabar/pantai barat India, bisa diestimasikan azimuth Bulan saat itu di sekitar 270 derajat, atau persis di arah barat setempat.
Menggunakan segala asumsi tadi, pemodelan-pemodelan sangat kasar lewat Moon Calc v6.0 untuk Bhuj menunjukkan waktu terjadinya shaqq al-Qamar dapat dikerucutkan di sekitar bulan Mei-Juni (tahunnya tidak diketahui, yang jelas pada range 609 - 621 CE), mengingat hanya pada saat-saat itu Matahari (demikian juga Bulan) memiliki azimuth disekitar 270 derajat. Untuk penanggalan qamariyah-nya, waktu mengerucut pada tanggal 5 - 8 ketika Bulan berada di kuartir pertamanya dengan fase setengah lingkaran, karena hanya pada rentang tanggal itu Bulan masih berada di langit barat serta masih cukup tinggi untuk Makkah dan seluruh Semenanjung Arabia (sekitar 30 - 40 derajat), namun sudah rendah untuk Bhuj (sekitar 10 - 15 derajat). Sekali lagi, ini hanya rekonstruksi teramat kasar.
Kemampuan alat optik untuk melihat dua buah benda berjarak sangat jauh tetap terpisah bergantung pada Kriteria Rayleigh yang memiliki bentuk matematis berikut:
alfa = (1,22 x lambda)/d
Dengan alfa = dayapisah alat optik (radian), lambda = panjang gelombang cahaya yang digunakan (meter) dan d = diameter lensa/cermin utama alat optik (meter).
Untuk mata (d = 5 mm, sensitif pada lambda = 6.000 Angstrom), alfa = 0,15 miliradian (0,5 menit busur). Sultan (Sultan, 2003) menyebut daya pisah ini berlaku di atmosfer dalam kondisi pencahayaan yang baik.
Untuk amannya, lipatduakan saja nilai itu menjadi 0,3 miliradian (1 menit busur). Dengan jarak surface-to-surface Bumi-Bulan bervariasi dari 348.300 km (perigee) hingga 398.600 km (apogee), maka alfa = 0,3 miliradian berkorelasi dengan benda sebesar 104 km (saat perigee) - 120 km (saat apogee) di permukaan Bulan. Artinya, hanya benda-benda bergaris tengah melebihi 120 km saja yang bisa terlihat oleh mata manusia (maka cerita tentang Tembok Besar China nampak jelas dari Bulan dengan mata telanjang itu hanya mitos). Sebagai pembanding, instrumen WFPC-2 (Wide Field Planetary Camera-2) di Hubble Space Telescope yang supersensitif pada cahaya Ultraviolet dekat 'hanya' bisa melihat benda sebesar 60 meter di permukaan Bulan.
Dengan memperhitungkan batas daya pisah mata manusia ini maka ada beberapa fenomena yang jika dilihat dari Bumi mengesankan shaqq al-Qamar:
Bulan Memang Benar-benar Terbelah dan Ada Jejak Patahannya!
Jika Bulan - yang saat itu kemungkinan berfase setengah lingkaran - benar-benar terbelah, bidang pembelahan itu kemungkinan besar sejajar dengan ekuator maupun bujur nol-nya. Belahan utara dan selatan Bulan (atau Barat dan Timur, jika bidang pembelahannya sejajar bujur nol) akan terpisah sejenak hingga berjarak minimal 120 km, untuk kemudian menyatu kembali. Jika ini terjadi, tentu bidang pemisahan itu masih ada jejak-jejaknya yakni sebagai patahan panjang yang membentang sejajar ekuator Bulan maupun bujur nol.
Jika suatu blok batuan mendadak terpatahkan (apalagi terpisah) untuk kemudian merekat kembali, dibutuhkan 'lem' teramat kuat agar patahan itu tidak bergeser lagi. Secara geologis 'lem' itu adalah magma yang terekstrusi keluar lewat erupsi rekahan, tentunya dengan volume sangat gigantik untuk kemudian membeku dan mengikat kedua sisi yang ter- patahkan tadi. Dan karena batuan setempat mengalami kontak dengan magma Bulan, tentu terjadi proses metamorfosa kontak yang meng- hasilkan batuan metamorf kontak nan khas.
Sejauh ini - merujuk NASA - vulkanisme Bulan terakhir kali terjadi jutaan tahun silam dan tak ada yang berumur Holosen (kurang dari 10.000 tahun), apalagi Resen (kurang dari 1.000 tahun). Citra-citra permukaan Bulan juga tidak menunjukkan jejak patahan sangat panjang yang sejajar ekuator. Demikian pula, citra-citra Bulan pun tidak menunjukkan adanya sisa-sisa erupsi rekahan memanjang yang sejajar ekuator maupun bujur nol. Magma Bulan bersifat basaltik - mirip magma dari mantel Bumi - sehingga bila muncul ke permukaan tentunya menghasilkan endapan2 kegelapan yang mudah diidentifikasi.
Misi Apollo 11, 12 dan 14 memang mendarat di dekat ekuator Bulan, namun di lokasi-lokas pendaratannya tidak dijumpai endapan lava basaltik "segar" produk erupsi masa Resen. Para astronot Apollo memang menjumpai batuan basalt Bulan, breksi Bulan dan metamorf. Namun basalt dan breksi Bulan ini sudah cukup tua - produk vulkanisme berjuta tahun silam - sementara batuan metamorf-nya pun cukup tua juga dan malah menunjukkan ciri-ciri metamorfosis tekanan seperti yang umum dijumpai di kawah-kawah produk tumbukan benda langit.
Sementara rille atau straight rimae - yang disebut-sebut sebagai jejak terbelahnya Bulan - itu tidaklah terkonsentrasi di area sejajar ekuator Bulan maupun bujur nol Bulan, namun tersebar secara random.
Memang terdapat rille sejajar garis bujur nol, yakni satu rille cukup panjang di Mare Nubium (belahan selatan) dan kompleks rille Ariadaeus yang lebih pendek (belahan utara). Namun keduanya terlokalisir di sekitar equator saja, tidak memanjang hingga kutub-kutub Bulan. Maka sulit untuk mengatakan dua rille ini sebagai jejak patahan kala Bulan terbelah.
Lagipula, seandainya patahan ini ada, tentu wahana antariksa semacam Clementine sudah bisa mendeteksinya sejak diluncurkan 1994 silam, karena bekas-bekas aktivitas geologi Resen di Bulan senantiasa menghasilkan pola fotometris (pada rasio UV/cahaya tampak maupun citra OMAT/Optical Maturity) yang lebih "biru".
Bisa saja memang jejak-jejak patahan di Bulan tersembunyi di balik debu tebal hasil pelapukan batuan Bulan, meski hal ini sulit dibayangkan karena aktivitas pelapukan di Bulan sepenuhnya dikontrol angin Matahari dan radiasi kosmik dengan kecepatan pelapukan jauh lebih lambat dibanding pelapukan di Bumi. Untuk mengetahui keberadaan patahan yang terkubur itu musti diketahui penampang melintang batuan Bulan hingga kedalaman beberapa km, yang bisa dibuat menggunakan bantuan gelombang gempa Bulan.
Secara teknis hal ini memungkinkan, karena meski Bulan tidak memiliki lempeng tektonik dan vulkanisme-nya sudah mati, Bulan tergolong aktif secara seismik. Sedikitnya terdapat tempat tipe gempa Bulan, yakni gempa dalam (hiposentrum > 700 km) akibat gaya tidal, gempa tumbukan meteorit, gempa termal oleh pemuaian kerak Bulan saat terpanasi cahaya (Matahari setelah dua minggu tergelapkan dan terdinginkan) serta gempa-gempa dangkal (hiposentrum 20 - 30 km) yang sumbernya belum jelas. Gempa-gempa ini mestinya bisa dimanfaatkan untuk tomographic imaging pada bagian dalam bulan, termasuk untuk mencari patahan itu.
Demikian.
REFERENSI
UNTUK DIPERHATIKAN
Admins menghormati hak kebebasan berpendapat anda dalam merespons artikel manapun yang tersaji di sini. Karenanya, tidak ada pemberlakuan persyaratan khusus yang dapat diartikan sebagai pembatasan atas hak tsb. Sebagai gantinya, kami hanya minta anda menghormati kewajiban moral anda sendiri dengan menghargai tata-krama serta adab yang berlaku dalam budaya kita. Ekspresikanlah pendapat anda dengan menggunakan bahasa yang baik. Terima kasih.
0 Comments:
Post a Comment