Al-Quran, Tentang Kontroversi Masa Pembangunan Masjidil Aqsha


Tentang Masjidil Aqsa dan Masjid Pertama
Terdapat kekeliruan besar para pengritik Islam dengan menyebut bahwa Al-Aqsha adalah sebuah masjid yang dikenal dengan nama Dome of the Rock atau Qubat As Sakhra Mosque. Padahal di Yerusalem terdapat dua masjid bersejarah dan tentunya ini adalah dua bangunan yang berbeda. Bahkan masjid Al Aqsha adalah masjid yang diklaim Yahudi ekstrimis dibangun di atas tanah yang dulunya adalah bekas Kuil Sulaiman yang dibangun pada masa pemerintahan Sulaiman as (Salomo, lihat 2 tawarikh 3,4,5 ).

Meski tidak ada bukti yang mendukung klaim Yahudi ini, akan tetapi hal ini jelas menunjukkan bahwa Al Aqsha bukanlah Dome of Rock itu sendiri. Di Wikipedia juga disebutkan bahwa Dome of the Rock adalah Masjid Umar dan bukan Al-Aqsa. Dari sini secara jelas sumber Encylopedia Britannica melakukan kesalahan analisis sejarah dengan menyebut bahwa Dome of Rock adalah Masjid Al Aqsha.

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (QS. Ali-Imran 3:96)

Adapun bangunan yang disebut Ka'bah ini adalah bangunan tua yang dibuat oleh para malaikat sebelum Adam turun ke bumi (yang kemudian diangkat ke langit) atau Adam yang membangun Ka'bah seperti yang dibangun para malaikat tadi. Dan ini sangat logis karena begitu Adam turun ke bumi beliau belum memiliki tempat perlindungan. Hanya seiring berjalannya waktu Ka'bah mengalami erosi dan tak terurus dan dibangun kembali oleh nabi Ibrahim dan anak sulungnya yaitu Ismail.

Tulisan ini ditujukan untuk menjelaskan kaitan masjidil Aqsha pada peristiwa Isra Mi'raj nabi dalam surat 17:1, dimana yang disebut masjidil Al Aqsha yang menimbulkan pertanyaan masidil Aqsha yang dimaksud merupakan sebuah masjid yang berada di Yerusalem ataukah sebuah tempat sujud (masjid) di tempat yang lain?

  • Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS.Al-Isra' 17:1)

Referensi sejarah (setidaknya kita hanya mengacu dari Enyclopedia Britannica - 1956, vol.13 hal.8 waktu artikel ini ditulis, yang masih perlu diperiksa lagi kebenarannya karena antara Encyclopedia Britannica dan Wikipedia tidak sama keterangannya) menunjukkan bahwa masjid Aqsha yang sekarang (yang berada di Yerusalem) dibangun antara tahun 637/638-687/688 M dan ini sesuai dengan isi sahih Bukhari, Volume 4, Kitab 55, No. 585 yang menyatakan bahwa masjid kedua yang dibangun setelah masjidil Haram adalah masjid Aqsha dalam jarak waktu sekitar 40 tahun.

Sementara masjidil Haram "secara resmi dibangun" sejak ditaklukkannya/direbutnya Mekah oleh umat Islam (mulai tahun 630 M) namun idak dijelaskan sejak tahun berapa sebuah bangunan masjid utuh didirikan disekeliling Ka'bah.

Lantas, apakah ada kesalahan atau ada pergantian oleh pihak-pihak tertentu dalam ayat 17:1?
Jawaban yang benar adalah bahwa saat Alqur’an menyebut kata masjidil Aqsha (wahyu ini diturunkan pada tahun sebelum 622 M, yaitu sebelum nabi SAW hijrah ke Medinah - atau periode Mekah) jelas menunjukkan bahwa peristiwa Isra' Mi'raj terjadi sebelum masjid Al Aqsha di Yerusalem dibangun.

Dengan demikian kata Aqsha yang dimaksud di sini tidak menunjuk kepada masjid Aqsha di Yerusalem yang dibangun pada tahun 637/638-687/688 M.
Jika disimak dalam ayat 17:1 disebutkan bahwa perjalanan nabi adalah dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha, sementara 'diketahui' bahwa masjidil Haram dimasa itu hanya sebuah Ka'bah (dan belum seperti sebuah Masjid seperti yang tampak seperti saat ini di Mekah Al Mukaromah) karena perintah shalat baru turun tahun 621 M dan Ka'bah berada di bawah kekuasaan suku-suku Quraisy, sehingga kata "masjid" disini lebih bermakna tempat sujud (masjid berasal dari akar kata sajdah, yang artinya sujud). Tentang penggunaan kata masjid yang berarti tempat sujud juga dimengerti dari ayat lain dalam surah sesudah 17:1 yaitu surah 18:21 yang mejelaskan sbb:

  • Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu. Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah.  Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: "Dirikan sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka." Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah masjid (tempat sujud, pen. muslim) di atasnya." (QS. 18:16-17, 21 )

Adapun istilah masjidil aqsha sendiri secara terminologi (arabic) berarti tempat sujud yang jauh dan arti asal kata masjid itu sendiri, bukan bangunan tapi tempat untuk bersujud (beribadah). Karena itu arti kata masjidil Aqsha sendiri dalam surah 17:1 tidak selalu berarti itu adalah masjid Al Aqsha di Yerusalem. Dan dalam ayat 17:1 diatas Allah juga tidak menyebut kata Ka'bah akan tetapi menggunakan kata masjidil Haram yang juga menunjukkan tempat sujud di sekitar Ka'bah.

Dengan demikian sudah jelas bahwa masjidil Aqsha (dalam wahyu ini diturunkan tahun sebelum 622 M) bukan menunjuk ke masjid al Asha di Yerusalem (yang baru dibangun tahun 637/638-687/688 M).

Timbul pertanyaan lainnya; jika demikian, tempat sujud yang mana yang dimaksud sebagai "masjid Al Aqsha" dalam surah 17:1 tersebut? 

Ada beberapa petunjuk, di antaranya seperti berikut:

1. Tempat sujud tersebut tepat berada di atas tanah masjid Al Aqsha yang baru akan dibangun secara resmi dan dalam bentuk yang permanen tahun 637/638-687/688 M dan kemungkinan Umar (jika memang benar Umar yang membangunnya) pada masa kekhalifahannya mengabadikan isi surah 18:1 tersebut dan hadis-hadis (perkataan) nabi SAW tentang 3 tempat yang paling baik untuk dikunjungi, salah satunya Yerusalem, merujuk kepada nama masjidnya yaitu masjid Al Aqsha.

2. Masjid Al Aqsha sudah berdiri saat itu meski  bentuknya belum sempurna dan para analis sejarah kristen melakukan kekeliruan logika atau mengaburkan fakta. Sebab apa yang dimaksud oleh Alqu’ran dengan masjid "al Aqsa" sesungguhnya menunjuk ke posisi Baitul Maqdis (Bait Suci) yang terletak di Yerusalem yang pernah dikenal baik oleh umat Yahudi dan umat Nasrani saat itu dan di atas tanah bekas atau disekitar Bait Suci ini didirikanlah masjid (baik dalam bentuk bangunan atau sekedar tempat sujud) atau kemungkinan lain Bait Suci ini sendirilah yang dijadikan tempat shalat dan telah diperbaiki kembali, setelah sebelumnya mungkin dirusak oleh Chosroes II dari Persia (614 M) atau pasukan Romawi (i.e Titus) sebelumnya. Apalagi setelah dirusak, mungkin ada yang membangun kembali tempat ibadah diatas tanahnya (bekas Bait Suci). Karena itulah nabi dapat menggambarkan secara tepat bentuk dari Bait Suci tersebut sewaktu ditanya oleh orang-orang Quraisy.
  • Markus 15:29-31
15:29 Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari,
15:30 turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!"
15:31 Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan!

3. Tempat tersebut berada di suatu tempat tertentu yang tidak dijelaskan oleh Alqur’an.

4. Tempat sujud tersebut berada disuatu batas langit atau diatas langit tertentu di alam semesta dan tidak berada di bumi (tempat sujud yang jauh). Hal ini seperti ditunjukkan dalam Sahih Muslim, Kitab  001, No.  0328 di atas dimana secara visioner atau virtual (karena nabi SAW lupa untuk mengingat-ingat tempat sujud tersebut), nabi ditunjukkan gambaran di mana para nabi seperti Musa, Ibrahim, dan Isa mengajak nabi SAW shalat diatasnya dan merupakan tempat yang diberkati disekelilingnya.

Dan menurut al Hadis [Sahih Muslim Kitab 001, No. 0309, Sahih Muslim Kitab 001, No. 0314, Sahih Bukhari Volume 5, Kitab 58, No. 227, Sahih Bukhari Volume 5, Kitab  58, No. 227] memang ada juga Ka'bah yang berada di langit yang digunakan oleh para malaikat untuk beribadah dengan satu menaranya yang tingginya setara dengan 500 tahun perjalanan manusia yang dinamakan Baitul Ma'mur [Surah 52:4].

Wallahu 'alam bisyawwab.

[Sumber: Gus Mendem Menjawab Fitnah]
Share on Google Plus

Bagus Pamungkas

Saya adalah salahseorang cantrik Sekolah Minggu Gus Mendem dan Kawan Kawan dalam barisan Muslim yang melawan aksi penyesatan iman dan segala bentuk upaya pemurtadan terhadap umat Islam yang dilakukan secara melawan hukum baik oleh individu-individu maupun kelompok-kelompok tertentu demi kepentingan Kristen. Meski demikian, blog ini tidak dimaksudkan untuk umat Kristen secara luas melainkan terbatas hanya untuk para Misionaris, Evangelis, dan pendukungnya saja. Publikasi blog ini adalah bagian dari tugas para cantrik Gus Mendem menghimpun berbagai konten yang relevans dengan isu di atas, untuk selanjutnya diwartakan ke tengah-tengah komunitas penginjil dimaksud
UNTUK DIPERHATIKAN
Admins menghormati hak kebebasan berpendapat anda dalam merespons artikel manapun yang tersaji di sini. Karenanya, tidak ada pemberlakuan persyaratan khusus yang dapat diartikan sebagai pembatasan atas hak tsb. Sebagai gantinya, kami hanya minta anda menghormati kewajiban moral anda sendiri dengan menghargai tata-krama serta adab yang berlaku dalam budaya kita. Ekspresikanlah pendapat anda dengan menggunakan bahasa yang baik. Terima kasih.
    Blogger
    Facebook

0 Comments:

Post a Comment