Menarik untuk disimak, Perpustakaan Nag Hammadi, dikenal juga sebagai The Dead Sea Scrolls, sebuah koleksi teks Gnostik Gereja perdana yang ditemukan di Nag Hammadi, Mesir, antara tahun 1947 s.d 1956.
Empat injil Perjanjian Baru sepakat bahwa Yesus mati tersalib atas perintah gubernur Romawi untuk Palestina, Pontias Pilatus, pada kisaran tahun tiga puluhan abad pertama Masehi. Tapi peristiwa ini bukan saja tidak disebutkan dalam injil-injil Nag Hammadi, bahkan sebagian daripadanya malah terang-terangan mencela orang-orang yang mengatakan kematian Yesus dengan cara tersalib!
Dalam injil-injil Koptik yang tidak menyebutkan kisah penyaliban, nama Pilatus juga tidak disebutkan sama sekali. Injil versi Nag Hammadi mengisahkan kematian Yesus, namun tidak persis sama dengan keempat injil Perjanjian Baru yang mengisahkan kematiannya di tiang salib. Tampak ada pertentangan frontal antara para penulis injil-injil Perjanjian Baru dengan kisah Petrus yang menolak kematian Yesus di tiang salib.
Memang sulit menerima dan mengakui kesimpulan dari suatu temuan sebagai kebenaran absolut, karena ini harus melalui suatu proses reformasi besar-besaran atas iman yang dilandasi oleh dogma. Dapatkah akal sehat menjembatani dua kutub yang berbeda dalam penambatan kisah-kisah kenabian tanpa prasangka bahwa temuan itu hanya sebuah temuan yang belum tentu benar? Akal sehat dapat dijadikan alat ukur untuk melacak kebenaran, dan tidak harus mandeg di satu titik tanpa kelanjutan. Terlebih lagi, karena membicarakan ajaran sebuah agama yang berpijak pada naskah dan tulisan dari kesaksian seorang penulis, memang perlu kepekaan sendiri.
Tidak bermaksud memprovokasi temuan ini terhadap keyakinan agama, tetapi seyogyanya ia dapat dijadikan bahan tela'ah bersama secara jujur, apakah temuan dimaksud didukung oleh fakta atau tidak. Karena walau bagaimanapun, sebagai temuan, naskah tua tersebut merupakan fakta yang tidak dapat ditolak. Tinggal pertanyaannya sekarang, bersediakah gereja membuka pintu ketika ada seorang juruselamat lain datang mengabarkan tentang kematian Yesus yang berbeda dengan kabar dari inji-injil yang selama ini mereka imani?
Salahsatu temuan dari Nag Hammadi menyebutkan kisah penyaliban Yesus sebagai Berikut:
Disebutkan dalam injil Petrus melalui mulut Petrus sendiri,
"Aku melihat seolah-olah mereka menangkapnya. Aku bertanya, "Apa yang kulihat ini, Tuan? Engkaukah yang mereka tangkap? Ataukah mereka memukuli dua telapak kaki dan dua tangan orang lain? Sang Juruselamat berkata, "Orang yang mereka paku dua tangan dan telapak kakinya itu adalah pengganti. Mereka meletakkan orang yang diserupakan itu di dalam kehinaan. Lihatlah dia! Lihat juga aku!"
Apa yang dikisahkan oleh Petrus ini berasal dari salahsatu temuan naskah kuno di Nag Hammadi, Mesir, menjelaskan peristiwa monumental yang tentu saja menimbulkan kontroversi dalam kekristenan. Dijelaskan dalam ayat tersebut bahwa Yesus selamat dari rencana pembunuhan para imam besar melalui tangan Gubenur Romawi Pontias Pilatus. Keterangan Petrus di atas nyata menyangkal kematian Yesus di tiang Salib!
Menurut Petrus, "Seolah-olah mereka menangkapnya". Dan perhatikan pula kalimat selanjutnya. Sang juruselamat berkata, "Orang yang mereka paku dua tangan dan telapak kakinya itu adalah pengganti. Mereka meletakkan orang yang diserupakan itu di dalam kehinaan. Lihatlah dia! Lihat juga aku!"
Ini kesaksian Petrus, panatua dari semua murid Yesus, sebagai salahsatu orang terdekatnya yang bercakap-cakap secara berhadapan muka dengan Yesus dan melihat langsung ketiga orang yang terpaku di tiang salib.
Lantas, siapa sebenarnya yang ada di sana?
Menurut injil-injil Perjanjian Baru, di antara tiga orang yang disalibkan itu, ada dua Yesus, yaitu Yesus Barabas dan Yesus Nazarat. Dengan demikian, satu-satunya kemungkinan menjawab siapa yang mati disalib adalah Yesus Barabas, bukan Yesus Nazarat yang bersama Petrus menyaksikan dan membicarakan peristiwa penyaliban tsb dari kejauhan. Yesus barabas adalah seorang penjahat yang ditangkap oleh pemerintah romawi, dijobloskan kedalam penjara atas dasar kejahatannya.
Markus, Matius dan Yohanes tidak jelas memberikan keterangannya dalam injil-injil mereka tentang siapa sebenarnya yang disalib. "Dan oleh karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barabas bagi mereka. Tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan." (Markus 15:15)
Kata "sesah", dari transliterasi bahasa Yunani "ฯฯฮฑฮณฮบฮญฮปฮปฮฟฯ (phragellลsas)" ke dalam bahasa Inggris "flogged", selain bermakna "dicemeti atau dicambuk", juga dapat diartikan sebagai "ditukar (barter), dijual, atau dirobah".
Jika penulisan injil-injil Perjanjian Baru benar, maka telah terjadi perobahan, seolah-olah yang diserahkan adalah Yesus Nazarat, padahal sesungguhnya Yesus Barabas. Probabilitas ini bukan hal yang mustahil mengingat berita dari injil-injil Perjanjian baru tidak dapat dipastikan kebenarannya karena pengumpulan berita tentang penyaliban Yesus oleh para pengarangnya bukan berasal dari mendengar atau menyaksikan sendiri peristiwanya, melainkan mengutip berita dari kisah kisah para pengabar Injil generasi awal yang tidak dapat pula dipastikan kebenarannya.
Dalam peredaran kitab pelengkap (kitab-kitab rahasia, atau kitab-kitab apokripa), nama injil Petrus ada disebut, tetapi pekabarannya berbeda dengan Nag Hammadi. Padahal injil-injil tsb lahir dari era yang sama. Tentu perlu jangkauan akal kita terhadap sejarah secara total, apakah kitab-kitab tersebut memang memenuhi lingkup sejarah yang sebenarnya, atau telah terjadi pengeditan. Tanpa berburuk sangka pada penggali sejarah, diperlukan kemampuan khusus untuk menela'ah sejarah, mengapa pemberitaan tentang ini berbeda antara versi Koptik Mesir dan versi Yunani? Padahal keberadaan Nag Hammadi sama-sama diakui oleh dunia Kristen.
Disebutkan pula dalam kumpulan buku terbesar temuan Nag Hammadi, Yesus berkata:
"Orang lain yang merasakan empedu dan cuka, bukan aku. Orang lainlah yang memikul salib di atas pundaknya. Juga orang lain yang dipakaikan mahkota duri di atas kepalanya. Aku sendiri bersukacita di tempat tinggi. Aku mentertawai kebodohan mereka."
Ayat ini jelas mengungkapkan pernyataan Yesus sendiri yang menjawab pertanyaan apakah Yesus mati tersalib. Menurut pengakuan Yesus, yang disalib adalah orang lain, bukan dia. Penyangkalan Yesus ini, yang diungkapkan oleh kumpulan naskah terbesar Nag Hammadi menjadi bukti bahwa Yesus selamat dari penyiksaan sebagaimana dikisahkan dalam Perjanjian Baru. Apakah karena alasan temuan tsb tidak sesuai dan bertentangan dengan kisah-kisah dalam Perjanjian Baru lalu dikeluarkan dari daftar kitab kanon Perjanjian Baru?
Kitab Yohanes versi Nag Hammadi juga ternyata mendukung pernyataan Yesus. Yohanes menuliskan penrnyataan Yesus;
"Tidak terjadi pada diriku semua yang dikatakan oleh orang-orang itu."
Menarik untuk dicatat, bagaimana riwayat tentang Yesus ditulis dalam banyak versi dan dalam beberapa fase. Penulisan alkitab oleh orang-orang Romawi diolah dengan bahasa khusus sendiri, dan ada pula yang mengolah penulisan alkitab dengan bahasa umum. Ini bisa dilihat dari tidak adanya kesamaan dari dua sisi pengabaran tentang Yesus. Satu riwayat menyebutkan Yesus mati tersalib sementara yang lainnya menyebutkan Yesus sama sekali tidak pernah disalib.
Menyimpulkan fakta ini berdasarkan logika nalar yang terbentur pada doktrin agama memang sulit dielakkan. Tetapi pemaparan ini paling tidak adalah langkah awal, bahwa ada masalah yang belum terpecahkan dari temuan-temuan itu yang seolah ditutup-tutupi oleh otoritas pembuat doktrin.
Kita petik nasehat Yesus dari Injil Thomas:
[2] Yesus berkata, “Barangsiapa mencari, janganlah berhenti mencari sampai dia menemukan. Ketika dia menemukannya, dia akan susah hati. Ketika dia susah hati, dia akan terpana dan akan berkuasa atas segalanya.”
[3] Yesus berkata, “Jika para pemimpinmu berkata, ‘Lihatlah, kerajaan itu ada di sorga,’ maka burung-burung di udara akan mendahului kamu. Jika mereka mengatakan, ‘Kerajaan itu ada di laut’, maka ikan-ikan akan mendahului kamu. Sesungguhnya, kerajaan itu ada di dalam dan di luar kamu. Pada saat kamu mengenal dirimu sendiri, maka kamu akan dikenal, dan kamu akan mengetahui bahwa kamu adalah anak-anak dari Bapa yang hidup. Tetapi jika kamu tidak mengenal dirimu sendiri, kamu hidup di dalam kefakiran dan kamu adalah kefakiran itu sendiri.”
Kesimpulannya, Memahami Yesus, tidak hanya sebatas menyatakan beriman kepadanya. Tetapi harus mampu menjelajahi dimensi ruang kehidupan Yesus yang sesungguhnya. Benarkah kehidupan Yesus pada jamannya sama dengan Yesus seperti yang digambarkan oleh Alkitab?
[Sumber: Zulkarnain El-Madury | Kompasiana]
UNTUK DIPERHATIKAN
Admins menghormati hak kebebasan berpendapat anda dalam merespons artikel manapun yang tersaji di sini. Karenanya, tidak ada pemberlakuan persyaratan khusus yang dapat diartikan sebagai pembatasan atas hak tsb. Sebagai gantinya, kami hanya minta anda menghormati kewajiban moral anda sendiri dengan menghargai tata-krama serta adab yang berlaku dalam budaya kita. Ekspresikanlah pendapat anda dengan menggunakan bahasa yang baik. Terima kasih.
0 Comments:
Post a Comment