Ketika banyak orang mempertanyakan, dimana sebenarnya Sidratul Muntaha yang pernah disinggahi rasul? Apakah tempat ini benar-benar nyata dan bisa disinggahi? Bahasan kali ini masih menyambung ulasan sebelumnya yang ditulis oleh Nazwar Syamsu, seorang yang pernah belajar pada Syaikh Muhammad Jamil Jambek di Bukit Tinggi. Bagaimana sebenarnya Sidratul Muntaha dalam persepsi Nazwar yang mengupas keseluruhannya dari Alquran?
Dalam artikel sebelumnya telah diceritakan bagaimana Tata Surya terbentuk. Menurut Nazwar, selama ini dunia sains telah diracuni dengan ide dan teori alam semesta tanpa akhir dan tidak bisa dijelaskan atau terputus. Artikel ini menyadur tulisan karya Nazwar Syamsu yang berjudul 'Alquran Dan benda Angkasa' dan 'Al-Qur'an tentang Al-Insan' dimana akan menjelaskan tentang Sidratul Muntaha di tata surya.
Sidrat al Muntaha Dan Planet-Planet Tata Surya
Almaa' tercantum pada ayat yang umumnya istilah ini berarti Air, ditandai dengan wujud yang turun dari atmosfir berbentuk hujan. Tetapi ada pula istilah itu diartikan lain yang tercantum pada ayat 11:7, 14:16, 18:29, 21:30, 24:45, dan 25:54 yang maksudnya sebagai berikut:
Dia-lah yang menciptakan planet-planet dan Bumi dalam enam hari (6000 tahun) dan semesta-Nya atas Almaa' untuk menguji kamu tentang siapa dari kamu yang lebih baik dalam perbuatan. Dan jika engkau katakan: "Bahwa kamu adalah orang-orang yang akan dibangkitkan sesudah mati,." akan berkatalah orang-orang kafir "bahwa ini hanyalah sihir nyata." (11:7)
Di belakangnya ada Jahannam dan diberi minum dengan Almaa' yang memperdayakan (14/16)
Dan katakanlah: "Yang logis itu datang dari Tuhan-mu, siapa yang berkehendak maka dia boleh beriman, dan siapa yang berkehendak, dia boleh kafir." Bahwa Kami mempersiapkan untuk orang-orang zalim itu Neraka yang lidah apinya menguasai mereka, dan jika mereka minta tolong, lalu mereka dihujani dengan Almaa' seperti cairan besi melebur wajah. Sangat jahat minuman itu, dan sangat jahatlah oranq-orang yang dikumpulkan itu (18/29)
Tidakkah orang-orang kafir itu memperhatikan bahwa planet-planet dan Bumi dulunya sebingkah (kumpulan hydrogen), lalu Kami pisahkan keduanya dan Kami jadikan tiap yang hidup dari Almaa' Tidakkah mereka beriman? (21/30)
Dan Allah menciptakan setiap makhluk berjiwa dari Almaa' maka diantaranya ada yang berjalan atas perutnya dan dari padanya ada yang berjalan atas dua kaki dan dari padanya ada yang berjalan atas empat (kaki). Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki, bahwa Allah menentukan tiap sesuatu (24/45)
Dan Dia-lah yang menciptakan manusia dari Almaa' lalu Dia jadikan dia berkerabat dan berkeserasian, dan adalah Tuhan-mu yang menentukan (25/54)
Jika diperhatikan istilah Almaa' pada terjemahan ayat-ayat itu, tidak mungkin diartikan dengan Air karena di Neraka apinya begitu besar, lihatlah ayat 67:5 dan 87:12, tidak mungkin terdapat air. Semua molekul benda dalam panas begitu tinggi akan terurai atau kembali menjadi atom asal. Jadi Almaa' dalam ayat 14:16 dan 18:29 sebenarnya diartikan Hydrogen, memang itulah arti yang tepat.
Sementara ayat 21:30 menyatakan bahwa dahulu planet-planet dan Bumi ini merupakan sebongkah atau berbentuk kumpulan hydrogen. Kemudian planet-planet itu dipisahkan dengan menempatkan Rawasia (batang-batang magnet) hingga masing-masing berbentuk bulat seperti keadaan saat ini. Dari hydrogen itu setiap makhluk berjiwa diciptakan Allah, dinyatakan pada ayat 21:30 dan diperkuat dalam ayat 24:45 serta 25:54. Maka sangat jelas bahwa istilah Almaa' berarti Hydrogen.
Dalam ayat 11:7 menerangkan semesta raya berada atas Almaa' bukan diatas air tetapi Hydrogen. Benda-benda angkasa semuanya dahulu terbentuk dari hydrogen yang berkumpul dinyatakan dalam ayat 21:30. Tetapi kenapa dikatakan alam semesta itu diatas Almaa'? Almaa' berarti Hydrogen yang terdiri dari Rawasia dan Mar'a atau dari Proton dan Neutron. Proton berputar pada sumbunya karena diputar oleh batang magnet yang menimbulkan ukuran besar dan berat. Neutron merupakan wujud yang meliputi Proton tersebut sebagaimana Bumi dilingkupi atmosfir. Jika diteropong akan terlihat Proton dan Neutron hanyalah ruang hampa, semua itu Hydrogen yang berfungsi menjadi berbagai elemen menurut ketentuan Allah.
Ada tujuh planet diatas orbit Bumi menurut ukuran Tata Surya, berarti ada tujuh planet mengorbit diluar orbit Bumi mengeliligi matahari yang berada dibagian paling bawah Tata Surya. Pada dasarnya, benda-benda angkasa yang kita lihat merupakan pantulan sinar dari Mar'a atau Neutron pada Hydrogen di benda itu. Semua benda yang dilihat dan diraba merupakan bagian luar Hydrogen, atau bagian luar dari sesuatu yang berputar di sumbunya, bagian teratas menurut ukuran benda itu sendiri.
Sidrat al Muntaha Di Pinggir Tata Surya
Quran menjelaskan dalam ayat 53:17 bahwa Sidratul Muntaha dijadikan Allah sebagai batas pencapaian manusia. Pembatasan yang ditentukan memang praktis dan wajar karena posisi bintang terdekat sekitar 4,3 tahun cahaya, sementara sinar Matahari diperkirakan hanya bergerak 8 menit mencapai Bumi. Kebanyakan bintang di Bima Sakti berjarak sekitar 100 tahun cahaya dan yang terdekat sekitar 4,3 tahun cahaya. Karena menurut ketentuan Allah bahwa pencapaian manusia hanya sebatas sampai di Muntaha, semua itu tertulis dalam ayat-ayat sehubungan dengan planet tersebut:
Seperti itulah Kami perlihatkan kepada Ibrahim (Mi'raj-nya) kerajaan-kerajaan planet-planet dan Bumi, dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin (6:75)
Mengenai Mi'raj Nabi Ibrahim dapat dipelajari dari maksud ayat suci lainya seperti dalam ayat 21:69, 29:26, 37:99 dan 2:124. Sehubungan Mi'raj Nabi Muhammad pada ayat berikut:
- Mahasuci Dia yang memperjalankan hamba-Nya suatu malam dari Masjidil Haraam (di Makkah) ke Masjidil Aqsha (di Muntaha) yang Kami berkati kelilingnya (Muhammad itu) agar Kami perlihatkan kepadanya dari Ayat-ayat Kami. Bahwa Dia mendengar melihat. (17:1)
- Dan dia (Muhammad) ada di Ufuk yang tinggi (waktu itu) (53:7)
- Di Sidratul Muntaha (53:14)
- Padanya ada kebun tempat tinggal (53:15)
- Tidaklah pandangan (peradaban) menyimpang dan tidak melampauinya (53:17)
- Sesungguhnya dia telah melihatnya di Ufuk yang nyata (di Muntaha) (81:23)
Muntaha adalah satu planet yang wujud keindahannya melebihi Bumi, disana ada Masjid dan kebun tempat tinggal, hal ini dapat dihubungkan dengan kebun tempat tinggal Nabi Adam tercantum pada ayat 2:35.
Pada tahun 1972, Joseph Brady mengatakan planet ke-sepuluh (Planet X) tidak mungkin tampak dengan teropong Bumi karena sinar surya yang dipantulkan oleh planet itu sangat pudar. Planet ini berada di posisi setelah Pluto, tidak akan tampak oleh teropong Bumi tetapi dalam perkiraan astronomi sangat memungkinkan. Tetapi sejak 14 abad lalu Alquran diturunkan sudah menyebut keberadaan planet misterius, Sidratul Muntaha berukuran besar, seukuran Jupiter plus Saturnus atau lebih dari 413 kali ukuran Bumi berjarak minimal sekitar 45 AU dari Matahari. Berdasarkan ayat Alquran, planet ini mengelilingi matahari selama satu hari, yang sama dengan 1000 tahun Qamariah atau lebih kurang 972 tahun.
Dalam sejarah Adam yang tertulis dalam Alquran dinyatakan bahwa Adam bersama istri pada awalnya tinggal di planet Muntaha sebelum dipindahkan ke Bumi. Di planet itu Adam bersama istrinya tidak akan lapar dan tidak akan telanjang, tertulis pada ayat 20:118 dan 20:119. Analisanya, bahwa planet itu sangat jauh dari Matahari hingga penduduknya tidak kepanasan oleh pancaran sinar Surya. Dan sebaliknya permukaan planet tersebut begitu subur dimana terdapat bahan makanan cukup begitupun bahan-bahan untuk dijadikan pakaian. Dan mengapa Allah menamakan planet terpinggir itu dengan sebutan Sidratul Muntaha?
Arti Dan Maksud Sidrat al Muntaha
Muntaha berarti 'Dihentikan' atau tempat dihentikannya segala kegiatan dan pencapaian ilmu manusia yang hidup di Tata Surya, semua ini dibuktikan dalam ayat 53:17. Sebaliknya, manusia hanya akan melakukan perjalanan antar planet seperti yang telah ditentukan Allah pada ayat 15:14, 43:13 dan 84:19. Semua tujuan penerbangan tidak akan menyimpang kecuali ke permukaan planet yang hanya ada dalam Tata Surya kita.
Sidrah berarti 'Teratai'. Digambarkan sebagai bunga berdaun lebar, tumbuhan ini hidup dipermukaan air kolam, akarnya panjang mencapai tanah dasar air. Apabila pasang naik, teratai akan ikut naik, dan bila pasang surut maka akan turun, sementara akarnya tetap terhunjam pada tanah dasar. Teratai yang berdaun lebar menyerupai keadaan planet yang memiliki permukaan luas, harmonis untuk kehidupan manusia. Teratai berakar panjang mencapai tanah dasar dimana tanaman ini tidak mungkin bergerak jauh, menyerupai keadaan planet yang selalu berhubungan dengan Surya, dimana planet tidak mungkin bergerak jauh dalam orbitnya dari garis ekliptik.
Air kolam diibaratkan menyerupai angkasa luas, dimana planet mengorbit mengelilingi matahari. Hal ini berlaku untuk semua planet termasuk Bumi dan planet terpinggir, Muntaha. Turun naik teratai dipermukaan air juga sama artinya dengan orbit planet mengelilingi Matahari yang membentuk lingkaran oval, dimana terbentuk titik Perihelion (titik terdekat ke Matahari yang dikelilingi) dan titik Aphelion (titik terjauh dari Matahari). Sewaktu planet berada di sekitar Perihelion, dia bergerak cepat, dan ketika berada di Aphelion akan bergerak lambat. Keadaan gerak demikian membantu kestabilan orbit setiap planet yang mulanya hanya didasarkan pada fungsi magnet yang dimilikinya.
Beberapa ayat Alquran menjelaskan tentang tumbuhan di planet-planet lain, menguatkan maksud Ayat 53:15 sebagai bahan kebutuhan hidup yang sangat penting, diantaranya:
Wahai anakku, sekiranya ada seberat biji bayam dan dia dalam batu karang atau di planet-planet ataupun di Bumi ini, Allah akan mendatangkannya (di Akhirat). Bahwa Allah Maha Halus lagi Mengetahui (31:16)
Tidakkah kamu perhatikan bahwa Allah mengedarkan untukmu apa yang di planet-planet dan apa yang di Bumi serta mencukupkan atasmu nikmat-Nya zahir dan batin? Dan dari manusia itu ada yang menantang pada Allah tanpa ilmu, dan dengan tiada petunjuk serta tiada Kitab yang menerangkan (31:20)
Katakanlah: "Serulah orang-orang yang kamu ajarkan selain Allah. Tidaklah mereka akan memiliki seberat atom di planet-planet dan tidak pula di Bumi ini, dan tiadalah bagi mereka serikat pada keduanya, dan tiada bagi-Nya sesuatu pembantu dari mereka (34:22)
Dan Dia edarkan bagimu apa-apa yang di planet-planet dan apa-apa yang di Bumi, semuanya dari Dia. Bahwa pada yang demikian ada pertanda bagi kaum yang memikirkan. (45:13)
Sementara ayat-ayat Suci yang menyatakan adanya makhluk hidup bermasyarakat di planet lain adalah:
Tidaklah engkau ketahui bahwa Allah, kepunyaan-Nya kerajaan planet-planet dan Bumi ini? Dia siksa siapa yang Dia kehendaki dan Dia ampuni yang Dia kehendaki. Dan Allah menentukan tiap sesuatu.(5:40)
Tidakkah mereka perhatikan yang di kerajaan planet-planet dan di Bumi serta segala sesuatu yang diciptakan Allah? Dan barangkali sungguh telah mendekat ajal mereka, maka berita yang mana lagi sesudahnya (Alquran) mereka akan beriman? (7:185)
Dan betapa banyak pertanda di planet-planet dan di Bumi yang mereka lalui atasnya, dan mereka menantangnya (12:105)
Dan bagi Allah bersujud siapa-siapa yang ada di planet-planet dan yang di Bumi ini secara patuh atau terpaksa, begitupun Zilaal (planet-planet) mereka waktu pagi dan petang. (13:15)
Dan Musa berkata: "Jika kamu kafir, kamu dan siapa yang ada di Bumi ini semuanya, maka sungguh Allah Maha Kaya lagi Terpuji (oleh manusia di planet-planet lain). (14:8)
Bertasbih bagi-Nya planet-planet yang tujuh (di atas Bumi) dan Bumi serta siapapun didalamnya. Dan bahwa sesuatunya hanyalah bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak memahami tasbih mereka. Bahwa Dia Maha Penyantun lagi Pengampun. (17:44)
Dan Tuhan-mu lebih mengetahui sesiapa yang di planet-planet dan di Bumi ini. Sesungguhnya Kami karuniakan setengah Nabi-nabi diatas setengahnya, dan Kami berikan kepada Daud kekuatan. (17:55)
Bahwa siapapun di planet-planet dan di Bumi ini hanyalah pasti datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba (19/93)
Pecahan planet tertarik jatuh ke arah matahari dan setengahnya ke permukaan bulan dan planet lain atau disebut meteor. Karena pecahan itu awal mulanya bergerak ke segala arah, maka yang kebetulan jatuh dipermukaan Sidratul Muntaha, satu diantaranya diciptakan Allah menjadi manusia pertama yang disebutkan dalam ayat 32:7 dan 37:11.
Dalam kajian UFO, Nazwar Syamsu menceritakan bahwa makhluk asing atau makhluk luar angkasa, pesawat berbentuk piring terbang telah ribuan kali terlihat di angkasa Bumi. Sarjanawan Barat berpendapat bahwa pesawat itu dikendalikan dan dikendarai manusia cerdas dari planet lain, sebuah alasan positif yang menguatkan pendapat adanya kehidupan manusia bermasyarakat di planet lain. Banyak orang yang mengatakan UFO dari Tata Surya lain, tetapi hal ini bertantangan dengan logika. Karena bintang terdekat berjarak 4,3 tahun cahaya dari Bumi, jika UFO terbang ke Bumi dan kembali ke Planet asalnya secara nonstop, mereka harus membuang waktu selama 8,6 tahun dengan kecepatan cahaya.
Sementara pesawat yang dibangun manusia tak akan mencapai kecepatan seperti itu, awak pesawat tak akan sanggup menyediakan perbekalan hidup dalam pesawat selama 8,6 tahun. Jadi, sangat jelas bahwa UFO berasal dari planet tetangga dekat Bumi di Tata Surya yang sama, seperti yang dijanjikan Allah tentang perjalanan antar planet pada ayat 84:19.
Banyak ulasan yang disampaikan Nazwar Syamsu diluar dugaan, diluar keyakinan ilmu pengetahuan modern, menentang teori-teori sarjanawan Barat yang dianggapnya Atheis. Ada juga pembahasan tentang Adam dan istrinya, selama ini cerita yang beredar tentang sejarah Adam lebih di-doktrin pada ayat Bibel, karena kisah pengupasan ayat AlQuran menurut Nazwar Syamsu ternyata jauh berbeda. Mengenai riwayat Nazwar Syamsu sangat sedikit, tidak begitu banyak media yang mengupas profilnya di tahun 1980-an, diceritakan dia seorang yang pernah belajar pada Syaikh Muhammad Jamil Jambek di Bukit Tinggi. Sebagian riwayatnya telah ditulis dalam artikel sebelumnya tentang 'Penciptaan Tata Surya Menurut AlQuran'. Semua pengupasan karya Nazwar Syamsu menggunakan logika AlQuran yang bisa diterima sains modern.
[Sumber: ISAINS News]
UNTUK DIPERHATIKAN
Admins menghormati hak kebebasan berpendapat anda dalam merespons artikel manapun yang tersaji di sini. Karenanya, tidak ada pemberlakuan persyaratan khusus yang dapat diartikan sebagai pembatasan atas hak tsb. Sebagai gantinya, kami hanya minta anda menghormati kewajiban moral anda sendiri dengan menghargai tata-krama serta adab yang berlaku dalam budaya kita. Ekspresikanlah pendapat anda dengan menggunakan bahasa yang baik. Terima kasih.
0 Comments:
Post a Comment