IV. Kemanusiaan Yesus Kristus

VII. KEMANUSIAAN KRISTUS
Kitab Suci menyajikan Kristus yang berinkarnasi sebagai mempunyai dua kodrat Ia adalah Allah dan manusia namun satu oknum. Besarkan rahasia ke Allahan ini, Allah dimanifestasikan di dalam daging (1 Timotius 3:16; Kolose 2:2-3).  Dalam bagian ini kita akan mempertimbangkan bukti dari kemanusiaan Kristus yang sempurna dan tanpa dosa, dan teladan Nya yang agung kepada semua orang percaya.
A. Kemanusiaan Kristus
1. Ia punya kelahiran manusia.
a. Dalam hal kemanusiaanNya, ia lahir dari perempuan (Matius 1:18-23, 2:11; Lukas 1:30-33; Galatia 4:4).  Perawan Maria adalah yang terpilih untuk menjadi ibu kemanusiaan Kristus.
b. Ia dikatakan sebagai benih Daud secara manusia (Roma 1:3; Matius 1:1).
c. Ialah Benih Perempuan yang dijanjikan (Kejadian 3:15; Matius 1:23; Yesaya 7:14).

d. Ia datang dari bangsa Israel secara manusia (Roma 9:5).
e. Ia dikenal sebagai Anak Daud (Matius 15:22; Kisah 13:22-23; Ibrani 7:14).  SilsilahNya dapat ditelusuri melalui IbuNya kembali pada Daud Raja Israel.
f. Ia dalah Firman yang dibuat dan dimanifestasikan secara manusia (Yohanes 1:14; Roma 1:3; 1 Timotius 3:16).
2.  Ia mempunyai nenek moyang manusia.
Silsilah Kristus secara daging ditelusuri kembali pada Daud dan Adam di Injil Lukas melalui IbuNya Maria, dan kembali pada Daud dan Abraham di Injil Matius melalui yang dianggap BapaNya Yusuf (Lukas 3:23-38; Matius1:1-17).
Tetapi walaupun orang lain mengatakan BapaNya secara manusia, Ia sungguh mengklaim bahwa Allah adalah BapaNya, dan mengakui Maria sebagai IbuNya (Lukas 3:23, 4:22; Matius 13:55-56; Yohanes 1:45, 6:42).  Sejauh dalam hal orang Yahudi dimana Yesus yang dimaksudkan.  Ia sesungguhnya adalah manusia, yang dari daging dan darah seperti manusia lainnya.  Ia bukan momok atau hantu tetapi manusia yang sebenarnya.
3. Ia Mempunyai nama-nama Manusia dan Gelar-gelar yang diberikan kepadaNya.
a. Ia dinamakan manusia sebelum kelahiranNya oleh malaikat Gabriel, kepada Maria dan juga Yusuf (Matius 1:21-23).
b. Ia disebut Anak Daud (Matius 1:1, 9:27, 20:30-33).
c. Ia disebut Anak Abraham (Matius 1:1).
d. Ia disebut Anak Manusia lebih dari 80 kali dalam Perjanjian Baru (Matius 16:28, 26:64-65; Kisah 7:56; Wahyu 1:13, 14:4).
e. Ia dinamakan Mediator, manusia Kristus Yesus (1 Timotius 2:5).
f. Ia digelar orang Yahudi menurut kebangsaanNya (Yohanes 4:9, 8:57).
g. Ia digelar Adam yang terakhir (1 Korintus 15:45-47).
h. Ia  digelarkan  Manusia  (Yohanes 8:40, 1:30; Kisah 2:22; Filipi 2:8; 1 Korintus 15:21, 47).
i. Ia masih sebagai manusia di Sorga walaupun kini telah dimuliakan (Yakobus 20:15; 1 Timotius 2:5; Kisah 17:31).
j. Ia akan datang sebagai Anak Manusia pada kedua kalinya untuk menghakimi dunia (Matius 16:27-28, 25:31, 26:64-65).

4. Ia Mempunyai Kodrat Manusia Yang Lengkap.
Anak Allah mempunyai semua yang essensial dari kodrat manusia sebagaimana yang diciptakan Allah pada permulaannya.  Yesus adalah manusia yang lengkap yang mempunyai roh, jiwa dan tubuh (1 Tesalonika 5:23; Ibrani 4:12).  Kebenaran ini membuktikan kesalahan bidat Apollinarianisme yang menolak kemanusiaan Kristus (1 Yohanes 4:3).
a. Yesus mempunyai roh manusia (Lukas 23:46; Markus 2:8, 8:12; Yohanes 13:21).
b. Yesus mempunyai jiwa (Matius 26:38; Lukas 23:43; Yohanes 12:27; Kisah 2:27; Yesaya 53:10; Markus 14:34).  Ini meliputi pikiran, kehendak dan emosi (1 Yohanes 1:1-2).
c. Yesus mempunyai tubuh manusia dari daging, tulang dan darah (Ibrani 2:14; Yohanes 1:14; Matius 26:12; Lukas 22:19; Yohanes 2:21; Lukas 23:52-56; Ibrani 10:5,10).  Sesudah kebangkitanNya, Ia mempunyai tubuh daging dan tulang (Lukas 24:39).  Dalam tubuh manusiaNya Ia  terbatas secara lokal dan geografis, dan terbatas oleh kelemahan tanpa dosa.
5. Ia Mengalami Perkembangan Secara Manusia.
Dalam hal kemanusiaanNya, Yesus bertumbuh dan berkembang secara normal dan alamiah seperti manusia lainnya.  Ini terlihat dalam referensi dan komentar berikut.
a. Ia bertumbuh sebagai seorang anak (Lukas 2:40).
b. Ia bertumbuh dalam hikmat dan semakin besar (Lukas 2:52).
c. Ia belajar kepada Tuhan dari hal-hal yang Ia deritakan (Ibrani 5:8).
d. Ia bekerja keras sebagai manusia mengikuti pekerjaan Yusuf sebagai tukang kayu (Markus 6:3; Lukas 3:23).
e. Ia menderitakan keterbatasan manusia (Ibrani 2:10).
f. Ia mengalami pencobaan manusia (Matius 4:1-11; Ibrani 2:18; Markus 1:55; Lukas 22:28; Ibrani 4:15).
g. Ia belajar untuk hidup tergantung pada Bapa dengan terus berdoa (Matius 14:23; Ibrani 5:7; Lukas 6:12, 22:39-46).  Ada sekitar 25 referensi Yesus berdoa di Perjanjian Baru.
h. Ia belajar bergantung pada Bapa dan kuasa Roh Kudus terus menerus, Ia tidak dapat mengatakan atau melakukan sesuatu dari DiriNya tetapi hanya apa yang diberikan kepadaNya (Mazmur 1:35; Yohanes 6:1; Kisah 1:2; Ibrani 9:14; Kisah 10:38; Ibrani 5:7).
i. Ia adalah manusia yang diperkenalkan Allah (Kisah 2:22).
j. Ia terbatas dalam pengetahuan manusia (Matius 24:36; Markus 13:32; Lukas 7:9).
k. Ia menginginkan simpati manusia di Taman (Matius 26:36-40).

6. Ia Mempunyai Kelemahan Yang Tak Berdosa Karena Kodrat Manusia.
Sebagai Kristus menderitakn keterbatasan dan kelemahan kodrat manusia yang tidak berdosa di dalamnya, namun bagian dari nasib manusia sejak kejatuhan.  Tuhan manusia yang dimuliakan nanti tidak akan mempunyai kelemahan tanpa dosa ini (Filipi 3:20-21).
a. Yesus menjadi letih (Yohanes 4:6).
b. Yesus mempunyai nafsu makan yang normal dan lapar (Matius 4:2, 21:18).
c. Yesus juga haus (Yohanes 4:7, 19:28).
d. Ia juga menikmati tidur secara alamiah (Matius 8:24).
e. Ia terbatas dalam pengetahuan manusia (Markus 11:13; 13:32; 5:32; 5:30-34; Yohanes 11:34).
f.  Ia masygul hatiNya (Yohanes 11:33).
g. Ia menangisi umat (Yohanes 11:35; Matius 23:37; 26:38).
h. Ia perlu dikuatkan karena penderitaan disalib oleh malaikat (Lukas 22:43).

7. Ia Menderita Kemanusiaan Manusia.
Kematian telah menjadi milik manusia sejak kejatuhan di Eden.  Waktu Yesus  menderitakan dosa kita kepada diriNya pada tubuhNya sendiri di kayu itu, Ia menderitakan upah dosa, yaitu maut (1 Petrus 2:24; Kejadian 2:17; Ibrani 9:17; Ibrani 9:17; Lukas 23:33; Ibrani 2:29).  KematianNya adalah maksud yang tertinggi dan inkarnasi yang akan diikuti kebangkitanNya.
8. Ia Mengalami Kebangkitan Manusia.
Ia dibangkitkan dari orang mati dan masih memiliki tubuh yang lahir dari perawan, disalibkan, dikuburkan, dibangkitkan dan kini telah dimuliakan.  Tubuh Yesus adalah tanpa dosa, kekal dan tak dapat rusak.  Ia mengorbankan  kehidupanNya, seperti yang diperintahkan Bapa kepadaNya (Lukas 23:39; Yohanes 20:27; Kisah 7:55-56).  KebangkitanNya sebagai manusia adalah sebagai contoh dari semua kebangkitan lainnya.  Dalam kenaikanNya, Ia telah membawa kemanusiaan di dalam ke-AllahanNya.  Ia tetap manusia Yesus Kristus dalam kedudukanNya yang dimuliakan di tahta di ketinggian (1 Timotius 2:5; Ibrani 8:1-5).
Kemanusiaan Kristus adalah fakta yang tak dapat dibantah.  Yesus, Anak Allah yang kekal menjadi Anak Manusia.  Ia adalah ke-Allahan dan kemanusiaan yang dipersatukan dalam satu oknum.  KelahiranNya sebagai manusia, silsilah, nama-nama gelar, keterbatasan, penderitaan, kematian dan kebangkitanNya semua membuktikan realitas kemanusianNya secara penuh dan lengkap.  Manusia yang sama ini yang sekarang telah dimuliakan dan bila Ia datang kembali nanti pada kali yang kedua adalah “Yesus yang sama” yang akan datang dalam cara yang sama seperti waktu Ia pergi ke Sorga (Kisah 1:11).
B. Ketidak-berdosaan Kristus
Bahwa Kristus mempunyai kemanusiaan yang tanpa dosa secara sempurna dan tak dapat rusak merupakan kesaksian Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.   Adalah penting bahwa Kritus itu tanpa dosa yaitu supaya menjadi Juruselamat dunia.  Sekiranya Ia bukan tanpa dosa, Ia harus mati untuk dosaNya sendiri dan harus memerlukan penebusan untuk DiriNya, Kristus tidak akan menjadi wahyu Allah yang sempurna, penuh dan final kepada manusia bila sekiranya Ia orang berdosa.  Tanpa ketidak -berdosaan Kristus maka rencana penebusan gagal, karena Penebus dosa tidak mungkin terjadi bahwa Ia sendiri seorang berdosa.
Ketidak-berdosaan adalah kesesuaian yang lengkap dengan kehendak Allah di dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.  Keberdosaan adalah kekurangan kesesuaian pada kehendak Allah di dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.  Jadi Kristus, sebagai manusia yang sempurna, mengenai secara sempurna kehendak Allah, Ia tak pernah terlibat dalam dosa dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.  KesempurnaanNya adalah kesempurnaan tanpa dosa.
1. Teori-teori Mengenai Ketidak-berdosaan Kristus.
a. Teori Daging Berdosa.
Teori ini berpegang bahwa Kristus mempunyai “daging berdosa” dan bahwa Ia harus memenangkan dosa dengan kuasa Roh Kudus, sebagaimana yang dialami orang percaya.  Ini didasarkan pada kesalah-pahaman atas Roma 8:3 dimana Paulus menyatakan bahwa Kristus “serupa dengan daging yag dikuasai dosa”
b. Teori Berpotensi Berdosa.
Teori ini berpegang bahwa Kristus, walaupun sebagai Allah yang berinkarnasi, dapat saja berdosa tetapi tidak akan berdosa.  Ia mampu mengatasi dosa.  Teori ini menyatkaan fakta bahwa Kristus dicobai membuktikan bahwa Ia dapat saja berdosa.  Argumentasi diberikan bahwa supaya suatu pencobaan sah harus terpenuhi syarat bahwa orang yang dicobai itu dapat berdosa.  Teori ini juga mengajarkan bahwa Kristus tidak akan dapat menjadi Imam Besar yang penuh belas kasihan dan bersimpati kepada kita dalam pencobaan kita, kecuali bila Ia dapat berdosa.
c. Teori Kesempurnaan Tanpa Dosa.
Aliran pemikiran ini berpegang bahwa Kristus tidak dapat berdosa karena siapa Ia sebenarnya.  Pandangan ini yang dipegang oleh buku ini.  Sebelum mempertimbangkan alasan-alasan bagi pandangan ini, kita harus mencatat dasar umum dari iman yang dipegang oleh kebanyakan orang percaya Injil, dalam pernyataan-pernyataan berikut :
– Anak Allah memiliki kodrat manusia yag sempurna dan kodrat Ilahi.
–Anak Allah menderitakan pencobaan dalam semua hal, seperti kita juga dan ini merupakan pencobaan yang sah.
–Anak Allah tidak berdosa, tidak dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
–Anak Allah dapat bersimpati dan menolong mereka yang menderitakan pencobaan yang sama (1 Yohanes 3:5, 1 Petrus 2:22, 2 Korintus 5:21,  Ibrani 4:15; 7:26; 2:18).
Ketidak-samaan diantara teori-teori ini adalah didalam pernyataan-pernyataan berikut :
Kristus dapat saja berdosa tetapi tidak akan dan tidak berdosa.
Pernyataan yang muncul, “Mungkinkah bagi Kristus untuk tidak berdosa atau mungkinkah bagi Kristus untuk berdosa?”
Pertanyaan-pertanyaan ini telah merangsang pikiran orang Kristen berabad-abad.  Tetapi harus diingat baik-baik bahwa apakah Kristus dapat atau tidak berdosa, faktanya adalah Ia tidak berdosa.  Jadi Ia sendiri saja yang dapat menjadi Juruselamat orang-orang berdosa.
2. Kesempurnaan Tanpa Dosa Dari Kristus.
a. Pertanyaan dan Keberatan Utama Dipertimbangkan.
(1) Bila tak mungkin bagi Kristus untuk berdosa, maka apakah maksudnya Ia dicobai? Tidakkah ini menjadikan pencobaanNya tidak riil dan oleh sebab itu tidak sah?  Mengapa mencoba mahluk yang tidak berdosa?  Malaikat berdosa waktu dicobai.  Adam berdosa waktu dicobai.  Mengapa Kristus tidak dapat berdosa waktu dicobai?  Apakah tidak harus ada keinginan didalam yang menarik pencobaan itu?
(2) Bila tidak mungkin bagi Kristus untuk berdosa, maka ini berarti bahwa Ia tidak mempunyai kuasa untuk memilih, kemauan untuk memilih diantara yang baik dan yang jahat.  Tidakkah mungkin bahwa Ia telah melakukan kehendaknya sendiri dan bukan kehendak BapaNya. Seperti yang rupanya diindikasikan pencobaan di Getsemani? (Matius 26:39).
(3) Bila tidak mungkin bagi Kristus untuk berdosa, maka Ia sebenarnya tidak beridentifikasi secara benar dengan ras manusia.  Dan tidak dapat memahami secara penuh kemanusiaan dan kodrat kita yang berdosa.  Tidakkah ini secara otomatis menempatkan kesenjangan diantara Juruselamat dan orang berdosa yang tak dapat dijembatani?
(4) Bila tidak mungkin bagi Kristus untuk berdosa, lalu bagaimana pencobaan dapat menjadi penyebab penderitaan kepadaNya dan bagaimana Ia dapat bersimpati dengan kita dalam pencobaan kita?
(5) Bila tidak mungkin bagi Kristus untuk berdosa, lalu tidakkah pencobaanNya berbeda dengan pencobaan pada kita orang berdosa alami?
Kita akan maju untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan keberatan-keberatan ini dengan beberapa argumentasi mengenai pencobaan Adam, Yesus dan semua manusia, sifat dan arti pencobaan, dan akhirnya kesaksian dari ketidak berdosaan Kristus.
b. Percobaan pada Adam, Yesus dan Semua Manusia.
Hanya ada dua manusia dalam Kitab Suci yang pencobaannya unik, Adam dan Yesus.  Keduanya adalah Anak Allah dalam arti yang unik, Adam sebagai anak yang diciptakan Allah, dan Yesus Anak Allah yang diperanakkan (Lukas 3:38; Yohanes 3:16).  Keduanya mempunyai kodrat manusia tanpa dosa, yang tidak memiliki prinsip dosa di dalam keberadaan mereka.  Mereka dicobai dari luar oleh iblis.  Adam memberi respons kepada pencobaan, sementara Kristus tidak.  Adam dan Yesus merupakan kepala perwakilan atau manusia yang mewakili ras ciptaan lama dan ras ciptaan baru.  Allah melihat semua manusia di dalam Adam atau di dalam Kristus (1 Korintus 15:46-47).  Semua fakta ini menempatkan pencobaan Adam atau Yesus dalam perbedaan langsung dari pencobaan semua manusia yang lahir dari Adam sesudah kejatuhan.  Semua manusia lainnya yang lahir dari ras Adam dicobai sebagai orang berdosa yang  lahir dalam dosa.  Tak seorangpun dari mereka yang mengalami pencobaan dalam keadaan tanpa dosa.  Pencobaan Adam dan Yesus unik dalam hal keduanya bukan dicobai dari dalam, tetapi dari luar.  Semua orang berdosa dicobai dari luar dan dari dalam.  Semua manusia dicobai bila ditarik oleh hawa nafsu mereka dan tertarik.  Kemudian bila hawa nafsu dibuahi menghasilkan dosa, dan dosa bila telah selesai menghasilkan maut (Yakobus 1:13-14).
Dosa adalah gangguan ke dalam manusia Adam.  Hanya Adam dan Yesus yang mempunyai kodrat manusia yang tanpa dosa, jadi pencobaan mereka khusus.  Tetapi ada juga perbedaan besar diantara Adam dan Yesus, Adam hanya manusia tetapi Yesus sebagai Allah dan manusia.  Walaupun Adam dan Yesus tanpa dosa, Adam adalah mahluk ciptaan sedang Yesus bukan, Adam hanya mempunyai satu kodrat manusia, sementara Yesus mempunyai dua kodrat, manusia dan yang Ilahi.
Pernyataan di Roma 8:3 bahwa Kristus “serupa dengan daging yang dikuasai dosa”, tidak boleh disalahpahami.  Ayat ini tidak mengatakan bahwa Yesus mempunyai “daging berdosa” tetapi Ia adalah kelemahan tanpa dosa dari kodrat manusia.  Kristus sesungguhnya mempunyai daging yang sebenarnya, namun daging yang tanpa dosa.  Tidak ada dosa asal atau prinsip dosa di dalam Dia sebagai Anak Allah yang kekal dan diperanakkan Dosa bukan essensial kepada kodrat manusia tetapi gangguan.  Kristus mempunyai kodrat manusia tanpa dosa seperti Adam sebelumnya kejatuhan.  Tetapi, Ia juga mempunyai “kesamaan”dengan daging Adam sesudah kejatuhan, yaitu kodrat manusia dengan kelemahan tanpa dosa.  Walaupun ajaran Gnostik tertentu mengajarkan bahwa daging inheren dengan keberdosaan, tetapi hal ini bertentangan dengan  Firman Allah.  Kristus mempunyai daging yang bebas dari hukum dosa, namun itu adalah “serupa dengan (dan hanya serupa) daging yang dikuasai dosa.  Perbandingan dan perbedaan pencobaan Adam dan Yesus, orang tak percaya dan orang percaya, akan menolong membawakan fakta-fakta kedalam fokus lebih tajam.
ADAM
  • Adam yang pertama
  • Manusia pertama, dari bumi
  • Tak ada kecenderungan jahat, asalnya
  • Kecenderungan pada dosa
  • Satu kodrat, kodrat manusia
  • Dicobai dari luar pada roh, jiwa dan tubuh
  • Memberi respons pada dosa
  • Kodrat manusia yang jatuh
  • Ciptaan Allah
  • Anak Allah yang diciptakan
  • Mahluk manusia

YESUS
  • Adam yang terakhir Manusia kedua, Tuhan dari Sorga
  • Tak ada kecenderungan jahat di dalamnya
  • Tak ada kecenderungan pada dosa
  • Dua kodrat, Ilahi dan manusia
  • Dicobai dari luar pada roh, jiwa dan tubuh
  • Tak memberi respons pada dosa
  • Kodrat manusia yang tak jatuh
  • Inkarnasi dari Allah
  • Anak yang diperanakkan Allah
  • Mahluk manusia Ilahi

ORANG YANG TAK PERCAYA
  • Di dalam Adam” – anak manusia
  • Kodrat manusia yang jatuh
  • Kecenderungan berdosa
  • Prinsip dosa menguasai di dalam
  • Dicobai dari dalam dan luar, secara tubuh, jiwa dan roh
  • Dilahirkan di dalam dosa
  • Tak ada yang baik dalam daging
  • Ciptaan lama, dari orang tua
  • Mahluk manusia yang berdosa
  • Dosa akan menghancurkan sampai kematian

ORANG PERCAYA
  • ”Di dalam Kristus” – Anak Allah
  • Kodrat manusia yang jatuh pengambil bagian kodrat Ilahi
  • Kecenderungan berdosa mengatasi
  • Prinsip dosa dihapuskan pada waktunya
  • Dicobai dari luar dan dalam secara tubuh, jiwa dan roh, namun dikuatkan untuk mengatasi oleh Roh Kudus
  • Dilahirkan di dalam dosa, namun dilahirkan kembali
  • Kristus di dalam anda, harapkan kemuliaan
  • Ciptaan baru dalam ciptaan lama
  • Mahluk manusia yang ditebus
  • Dosa dikuasai menuju hidup

c. Arti dan Sifat dari Pencobaan
Perjanjian Baru menggunakan dua kata khusus Grika yang mempunyai arti “percobaan” di dalamnya, karena pencobaan ada hubungan dengan pengujian baik oleh Allah maupun oleh setan atau yang lain
(1) Kata Grika “Dokimazo” berarti “membuktikan suatu hal apakah itu layak diterima atau tidak, mengetes (harfiah atau hiasan), implikasinya, menyetujui, mengijinkan, melihat perbedaan, menguji, membuktikan, mencoba”.  (Lukas 14:10; Roma 2:18, 12:22; 1 Korintus 3:13, 11:28; Galatia 6:4; Ibrani 3:9; Yakobus 1:12; 1 Petrus 1:17; 1 Yohanes 4:1).  Ini digunakan dalam cara berikut di Perjanjian Baru.  Orang menguji api, orang percaya menguji apa kehendak dari Allah; orang percaya merelakan agar iman mereka dicobai dan diakui.  Allah mencobai orang kudusNya. Semua orang percaya diuji dan dicobai oleh lingkungan hidupnya, oleh kelemahan dan kekurangan kodrat manusia.  Maksud dari tipe pencobaan ini untuk membuktikan dan menyetujui.  Ini adalah pencobaan untuk membuktikan dan menyetujui.  Ini adalah pencobaan yang mengharapkan hasil positif.  Dalam cara ini, Allah “mencobai” Abraham (Ibrani 11:17 dengan Kejadian 22:1).  Kata ini digunakan sekitar 25 kali dalam Perjanjian Baru dan tak pernah digunakan untuk iblis mencoba untuk membuktikan seseorang.
(2) Kata Grika “Peirazo” yang diterjemahkan “mencobai” berarti “menempatkan pada percobaan” dengan percobaan (yang baik), pengalaman (yang jahat), permintaan, disiplin atau provokasi, implikasinya kemalangan. Kata ini digunakan sekitar 40 kali di Perjanjian Baru, dan membawa ide mengetes dan mengadakan percobaan pada seseorang. Ini digunakan dalam cara berikut.
(a) Manusia Mencobai Allah.
Yang dimaksudkan manusia menempatkan Allah untuk dicobai untuk mendapatkan apakah Ia akan melakukan yang baik atau yang jahat kepada mereka.  Jadi Israel “mencobai Allah” di padang gurun (Ibrani 3:9).  Guru-guru hukum Taurat “mencobai Allah” dengan keinginan meletakkan kuk pada tengkuk orang kafir (Kisah 15:10).  Ananias dan Sapira “mencobai Roh Kudus”dalam  tindakan mereka menipu (Kisah 5:9).  Manusia diingatkan untuk tidak mencobai (mengetes) Tuhan Allah (Matius 4:7).
(b) Manusia Dicobai Allah.
Allah pada waktunya mengetes atau mencobai manusia yaitu  tak pernah untuk yang jahat tetapi dengan pandangan untuk membuktikan apa yang di dalam manusia dan menyingkapkan kepada manusia kebutuhannya di dalam (Yakobus 1:2, 12). Tetapi Allah tak dapat dicobai dengan yang jahat, juga Ia tidak pernah mencobai seseorang supaya berdosa (Yakobus 1:13-14).  Seperti yang dicatat, Abraham dicobai Allah dalam hal mengorbankan anak tunggalnya, Ishak (Ibrani 11:17) dengan (Kejadian 22:1) orang-orang suci Perjanjian Lama dicobai dan dicobai oleh penganiayaan, tantangan dan dengan demikian membuktikan bahwa mereka setia kepada Allah dalam segala  sesuatu (Ibrani 11:37; Galatia 4:13-14; 1 Korintus 10:13; Yohanes 6:6; Matius 6:13.
(c) Manusia Dicobai Iblis.
Iblis juga mencobai dan mengetes manusia.  Tetapi pencobaan ini selalu sebagai umpan supaya berdosa, tarikan untuk melakukan yang jahat.  Pencobaan ini tidak datang dari Allah (Yakobus 1:13-14).  Ini datang dari iblis atau dari kodrat berdosa dari manusia.   Jadi iblis mencobai malaikat, mencobai Adam dan mencobai Yesus.  Ia juga mencobai orang berdosa yang lahir dari ras Adam (Kejadian 3:1-6; Matius 4:1).
d. Sifat dari Pencobaan Kristus.
(1) Yesus dicobai oleh Allah BapaNya.
Percobaan ini yang pertama meliputi penderitaan yang Yesus pikul dalam kemanusiaanNya tanpa dosa dengan mempunyai kelemahan tanpa dosa.  Ia dicobai oleh pertentangan, penganiayaan, keletihan, perbantahan orang berdosa, lingkungan yang bertentangan, orang Yahudi, saudara-saudaraNya, pemimpin-pemimpin agama dan murid-muridNya.  Dalam semua hal ini Ia dicobai dan diuji namun diperkenalkan dalam segala hal oleh Bapa. Inilah bagian dari “pencobaan-pencobaan Kristus” (Lukas 22:28).
(2) Yesus dicobai oleh Iblis.
Yesus dicobai untuk melakukan yang jahat oleh Iblis, yaitu untuk melakukan kehendakNya dan bukan kehendak BapaNya.  Iblis berusaha mencari kesempatan agar Bapa punya alasan untuk tidak berkenan kepada Yesus.  Ini terjadi dalam keseluruhan hidupNya.  Cerita tentang pencobaan empat puluh hari hanya contoh masa khusus pencobaan yang dialami Yesus.  Kitab Suci mengatakan bahwa iblis meninggalkan Yesus untuk satu waktu sesudah kemenanganNya yang terkenal dalam ketiga pencobaan utama (Markus 1:13).
(3) Yesus tidak dicobai oleh kodrat yang berdosa.
Yesus tidak dicobai oleh kodrat yang berdosa atau daging di dalam.  Inilah perbedaan yang kekal di antara pencobaan Yesus dengan pencobaan manusia yang lahir dari ras Adam, baik orang percaya maupun orang tidak percaya.  Yesus tidak mempunyai kodrat berdosa atau yang daging di dalam sehingga Ia tidak menderitakan pencobaan dari dalam agar berdosa, sebagaimana dialami semua orang yang telah jatuh.  Tak  ada  yang  dapat mengganti atau mengubah perbedaan fakta ini.  Bila dikatakan bahwa Yesus “telah dicobai dalam semua segi, seperti kita, tetapi tanpa dosa (AV)” (Ibrani 5:15), secara harfiah berarti “terpisah dari dosa”.  Yaitu dapat dikatakan, Ia dicobai untuk berdosa, dari luar, tetapi tidak dicobai oleh dosa dari dalam, karena tidak ada yang jahat di dalam Dia.  Ia tidak mempunyai kodrat manusia berdosa, tak ada keinginan berdosa didalam Dia.  Tidak ada konflik batin seperti yang dijelaskan di Roma 7:14-18 di dalam kehidupanNya (Yakobus 1:14).  Karena itu Ia dicobai dalam semua segi, seperti kita, namun tanpa keinginan di dalam (Ibrani 2:18; 4:15, Yohanes 8:46, 14:30).
(4) Yesus dicobai dalam KemanusiaanNya, bukan dalam Ke-AllahanNya.
Yesus adalah Allah yang berinkarnasi dan Allah tidak dapat dicobai dengan kejahatan (Yakobus 1:13-14).  Iblis menyerang kemanusiaan Kristus.  Yesus menderitakan pencobaan dalam kemanusiaanNya, bukan dalam ke-AllahanNya.  Jadi Yesus “dicobai dalam semua segi seperti kita”, terpisah dari dosa.  Segi-segi dimana Yesus dicobai adalah dalam :
(a) Roh – dicobai untuk menyembah Setan.
(b) Jiwa – dicobai untuk meragukan kuasa pemeliharaan Allah.
(c) Tubuh – dicobai untuk memuaskan nafsu badani manusia yang normal dengan menggunakan kuasa mujizat (Matius 4:1-11 dengan 1 Yohanes 2:16-17).  Setiap pencobaan ini datang dari luar, tidak dari dalam. Sebagai manusialah waktu Ia mengalahkan dengan kuasa Firman, dengan mengatakan “ada tertulis”.  Sebagai manusia, Yesus tidak mengundang prerogatif IlahiNya untuk menghancurkan Iblis. Ia dicobai untuk menghindari salib seperti yang dikatakan Petrus berdasarkan pikiran yang iblis berikan kepadaNya (Matius 16:21-24). Ia dicobai di Getsemani untuk menghindari penderitaan cawan Kalvari, namun Ia menyerahkan kehendakNya kepada kehendak Bapa dan dikuatkan oleh malaikat.  KemanusiaanNya yang kudus secara alami menyembunyikan diri dari cobaan berat karena dijadikan dosa.  Namun ini bukan perasaan berdosa sama sekali.  Ia juga dicobai di salib waktu orang-orang Yahudi beragama menantang Dia untuk turun dari salib dan menyelamatkan diriNya sendiri (Lukas 23:35-37).

Ini adalah pencobaan yang riil pada kemanusiaanNya dan sudah tentu kodrat manusiaNya menderita, takut akan penderitaan di salib, baik secara fisik maupun rohani. Dijadikan dosa dan ditinggalkan Bapa merupakan kesengsaraan terbesar dan menyebabkan penderitaan yang tak terkatakan atas kemanusiaanNya yang kudus dan tanpa dosa.  Ia tidak perlu sanggup berdosa untuk mengesahkan penderitaan dari pencobaan ini.  Penderitaan pencobaan ini akan lebih kuat pada kemanusiaanNya yang tanpa dosa dari pada apa yang dapat dipahami kemanusiaan yang berdosa.  Menderitakan kehadiran dosa lebih hebat rasanya pada Seorang yang tidak dapat berdosa dan yang tidak berdosa dari pada mahluk hidup berdosa.  Juga harus diingat bahwa pencobaan bukan dosa, tetapi menyerah pada pencobaan itulah dosa.
Pengajaran bahwa Allah Bapa dan malaikat di Sorga berada dalam keterangan selama kehidupan Kristus di bumi, ketakutan jangan-jangan Anak Manusia jatuh dan berdosa, mengecilkan nasihat dan maksud penebusan oleh Allah.  Ini mengecilkan watak Allah dalam atribut esensialNya dan moralNya.  Rencana keselamatan sudah dihasilkan dalam musyawarah ke-Allahan yang  kekal dan tidak ada kemungkinan untuk gagal di pihak Anak Allah (1 Petrus 1:19-20; Mazmur 40:5-8; Ibrani 12:1-4. 13-20).
e. Alasan-alasan Yesus Menderitakan Pencobaan.
Kami sekarang akan menjawab keberatan-keberatan mengenai maksud Yesus menderitakan pencobaan bila Ia tak mungkin dapat berdosa.  Yesus memang menderitakan pencobaan dan oleh sebab itu Ia dapat menguatkan dan menghiburkan semua orang percaya yang dicobai.
(1) Ia menderitakan pencobaan demi perkembangan kemanusiaan yang penuh dan komplit.
Waktu kemanusiaan Yesus bertumbuh dalam hikmat dan semakin besar dan makin berkenan kepada Allah dan manusia (Lukas 2:52), Ia belajar dengar-dengaran pada hal-hal yang Ia deritakan (Ibrani 5:8).  Ia berkembang secara rohani, mental dan fisik. Ia menderitakan kelemahan tanpa dosa, Ia menderitakan pencobaan dalam kodratNya manusia dan membuktikan DiriNya sempurna.  Apa yang Ia deritakan dalam kodrat kemanusiaanNya, di dalam pengalamanNya menambahkan kelengkapan pada kodrat Ilahi, karena Pencipta itu satu dengan ciptaan, yang Ilahi satu dengan yang manusia.
(2) Ia menderitakan pencobaan supaya diperkenankan Allah BapaNya.
Yesus dari Nazaret adalah Manusia yang diperkenankan Allah.  Jadi Bapa berbicara dari Sorga dan menempatkan perkenanNya atas AnakNya yang dikasihiNya.  Anak tidak menggunakan prerogatif IlahiNya terpisah dari kehendak Bapa, tetapi tunduk dan patuh kepada BapaNya, oleh Roh, untuk semua keberadaanNya, semua yang dikatakanNya dan yang dilakukanNya.
(3) Ia menderitakan pencobaan untuk mempertunjukkan kepada rombongan iblis akan kemanusiaan yang sempurna.
Iblis menaklukan Adam, manusia pertama, melalui pencobaan, dan dengan cara yang sama telah menaklukkan semua manusia sejak itu.  Yesus adalah permulaan “ciptaan baru” dari Allah (Wahyu 3:14).  Iblis menggunakan yang terkuat dari pencobaannya untuk membujuk Yesus  agar berdosa.  Iblis beserta semua kekuatan iblisnya gagal oleh ciptaan ini yaitu Manusia-Allah.  Ia adalah ciptaan dimana tidak ada respons pada dosa.  Ini adalah wahyu kekalahan dosa yang akan datang, atas penulisannya dan atas keseluruhan kerajaan yaitu di salib (Kolose 2:14-17).  Allah sangat disenangkan dengan ManusiaNya yang sempurna, karena Ia merupakan contoh dari banyak anak yang akan datang (Roma 8:20-28).
(4) Ia menderitakan pencobaan supaya menjadi Imam Besar yang berkemurahan.
Karena imam diambil dari antara manusia dan dirupai untuk manusia, ia harus seorang yang disentuh dengan perasaan kelemahan manusia yang ia layani. Yesus Kristus diambil dari kalangan manusia untuk maksud yang sama (Ibrani 4:14-16).  Ungkapan “turut merasakan kelemahan-kelemahan kita” berarti bahwa Kristus dapat bersimpati dengan kita dalam pencobaan dan percobaan kita.  Kristus, sebagai Manusia-Allah, beridentifikasi dengan manusia  dalam hakekat manusiaNya, dengan ketidak-berdosaan dalam kelemahan.  Apakah Kristus dapat atau tidak dapat berdosa, faktanya  adalah Ia tidak berdosa.  Sekiranya Ia beridentifikasi dengan kita dalam dosa, Ia tidak akan pernah dapat menjadi Juruselamat kita.  Inilah perbedaan yang kekal diantara Kristus dan kita.  Inilah identifikasi terbatas Manusia-Allah dengan kita, sebagaimana hubungan diantara Pencipta dan ciptaan dan diantara Juruselamat dan orang berdosa ada hubungan perbedaan dan keterbatasan.  Ia selamanya Manusia-Allah dan kita selamanya manusia yang ditebus.  Satu-satunya jalan Ia beridentifikasi dengan kita dalam dosa kita adalah waktu Ia menanggungkan kita kepada DiriNya di salib.  Dalam hal Yesus menderitakan pencobaan, percobaan dan ujian, Ia sanggup menjadi Imam Besar yang berkemurahan dan yang bersimpati dengan kita.  Harus diingat bahwa Ia bersimpati dengan kita di dalam pencobaan kita, bukan di dalam keberdosaan kita.
Pertanyaan yang dapat ditanyakan:
-“Haruskan dokter sendiri menderita penyakit yang hebat yang sama sebelum ia dapat bersimpati dan menolong seorang yang sakit ?”
-“Apakah seorang harus menjadi pecandu alkohol atau pelacur sebelum ia dapat menolong dan bersimpati dengan mereka yang terbelenggu sedemikian ?”
-Apakah seorang hakim harus dipersalahkan dalam kriminalitas yang sama sebelum ia menghakimi secara benar orang lain?”
-Atau “Apakah Yesus harus berdosa atau dapat berdosa sebelum Ia dapat menolong dan bersimpati dengan orang berdosa?”
Mengatakan bahwa oknum-oknum ini akan menjadi lebih bersimpati bila kasus mereka sama, sama dengan mengatakan bahwa Yesus akan lebih bersimpati kepada kita sekiranya Ia telah berdosa.  Yesus memang menderitakan pencobaan dan percobaan, dan karena itu Ia dapat menguatkan dan menghibur serta bersimpati kepada kita dalam percobaan dan pencobaan kita.
(5) Ia menderitakan pencobaan agar supaya dapat memberikan pertolongan kepada orang percaya yang dicobai.
Karena Ia menderitakan pencobaan, Ia tahu apa yang kita jalani dan dapat memberi kekuatan, kasih karunia dan kemurahan untuk menolong kita waktu kita membutuhkannya. Ia telah berjanji bahwa Ia tidak akan membiarkan kita dicobai lebih dari apa yang dapat kita sanggup pikul tetapi dengan pencobaan itu Ia akan mengadakan jalan keluar supaya dapat menanggungnya (Ibrani 2:18; 4:14-16; 1 Korintus 10:13).
(6) Ia sekarang telah berada dibalik semua pencobaan dan demikian nanti semua orang percaya.
Sejak kebangkitanNya dan pemuliaan dari KemanusianNya yang tidak berdosa dan tak dapat rusak, Kristus telah ada di balik semua pencobaan.  Tubuh kemuliaanNya tidak lagi tunduk pada kekurangan tanpa dosa dan kelemahan kodrat manusia.  Ia tak pernah tidur atau tertidur.  Ia tak pernah letih.  Ia tak perlu makan atau minum.  Ia hidup dalam kuasa dari kehidupan tak berakhir.  Tubuhnya adalah contoh dari apa yang akan terjadi pada tubuh orang percaya pada kedatangan Kristus (Filipi 3:20-21; 1 Tesalonika 4:15; 15-18; 1 Korintus 15:51-57).
f.  Ke-Allahan dan Kemanusiaan Kristus.
Faktor utama lainnya yang harus dipertimbangkan adalah fakta persatuan ke Allahan dan kemanusiaan Kristus. Seperti yang dicatat sebelumnya, pembedaan diantara Adam dan Yesus dan semua manusia lain tak dapat dilupakan.  Adam sebagai anak Allah yang diciptakan adalah manusia, dan dengan demikian dicobai dari luar Yesus sebagai Anak Allah yang diperanakkan, adalah Manusia Allah, yang juga dicobai dari luar.  Tetapi Yesus adalah Allah yang berinkarnasi, dan di dalam menjadi manusia Ia tidak pernah berhenti menjadi Anak.  Keseimbangan yang indah di antara ke AllahanNya dan kemanusiaanNya harus dipertahankan.
Dalam hal ke-AllahanNya, “Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun” (Yakobus 1:13-14).  Sebagai Allah yang berinkarnasi, Ia tidak ada dosa dan tak dapat berdosa.  Dalam hal kemanusiaanNya, Yesus dicobai dalam segala segi bagaimana kita (Ibrani 2:18; 4:15).  Sebagai manusia, Ia dapat dicobai dan terbuka pada semua jenis pencobaan luar.  Tetapi karena siapa Yesus, yaitu Allah yang menjadi daging, Ia adalah kodrat Ilahi yang bersatu dengan kodrat manusia yang membawa kodrat manusia melalui pencobaan secara berkemenangan.
Memang teori bahwa Yesus dapat berdosa dalam kodrat manusiaNya, tetapi yang tak dapat berdosa dalam hal meruntuhkan rencana penebusan dari Allah.  Kedua kodrat ini, walaupun dapat dibedakan, bersatu secara tak dapat dibagi di dalam satu oknum Kristus.  Mempunyai kemanusiaan yang berdosa atau berpotensi untuk berdosa dan ke Allahan tanpa dosa dalam satu oknum Kristus, Allah yang memanifestasi di dalam daging, adalah suatu kemustahilan.  Mengatakan bahwa Yesus dapat saja berdosa, adalah sama dengan mengatakan bahwa Allah dapat berdosa karena Ia memakaikan kemanusiaan.  Ini akan membatasi kuasa Allah Yang Maha Kudus.
3. Kesaksian dari ketidak-berdosaan Kristus.
Kitab Suci membuktikan fakta tentang ketidak-berdosaan Kristus.  Orang percaya ortodoks semuanya menyetujui bahwa Kristus dapat berdosa atau tidak tetapi Ia tidak berdosa.  Ada banyak kesempatan bagi seorang dalam waktunya untuk menghukum Dia karena dosa tetapi tak seorangpun yang dapat melakukan sedemikian.  Bukti-bukti beriktu memberi kesaksian atas kebenaran ketidak-berdosaan Yesus Kristus.
a. Kesaksian Gabriel.
Gabriel mengatakan tentang Yesus sebagai “Yang Kudus” (Lukas 1:35).  Ini tidak pernah dikatakan pada anak manapun yang lahir dari ras Adam.
b. Kesaksian iblis. Roh jahat mengenal Yesus sebagai “Yang Kudus” (Markus 1:24); Lukas 4:34; Matius 8:28-29).
Mereka tak pernah mengatakan hal ini kepada seorang manusiapun, bahkan tidak kepada orang suci yang paling kuduspun.
c. Kesaksian Manusia.
(1) Ia dikatakan sebagai Anak Yang Kudus (Kisah 4:27,30).
(2) Pilatus tidak menemukan suatu kesalahanpun padaNya (Yohanes 18:38).
(3) Isteri Pilatus bersaksi bahwa Ia adalah “orang benar” (Matius 27:19).
(4) Pencuri yang hampir mati mengenal Yesus sebagai tidak layak untuk mati (Lukas 23:4).
(5) Kepala pasukan mengakui Yesus sebagai “Orang Benar” (Lukas 23:47).
(6) Herodes juga mengatakan bahwa Ia tidak berlayak untuk mati (Lukas 23:15).
(7) Yudas mengetahui bahwa ia telah menjual “darah yang tidak bersalah” (Matius 27:4).

d. Kesaksian Allah.
Bapa juga bersaksi dari Sorga akan perkenanNya atas AnakNya yang diperanakkan.  Tak ada orang lain yang pernah mendapat persetujuan Ilahi dan Sorgawi seperti itu (Matius 3:15-17; 17:1-5).
e. Kesaksian Kristus.
(1) Yesus menantang setiap orang untuk menyatakan dosaNya (Yohanes 8:46).
(2) Yesus juga mengatakan bahwa penguasa duni ini sedang datang dan ia tidak berkuasa atasNya, tak ada persamaan denganNya, bahwa tak ada sesuatupun di dalam Dia yang menjadi milik iblis (Yohanes 14:30 Amplified).  (Baca juga Yohanes 8:29; 15:10; 17:4).  Ini berarti bahwa kesaksian ini benar atau Yesus yang berdusta atau menipu diri. Tak seorangpun yang pernah sanggup membuat klaim sedemikian.
f. Kesaksian Rasul-Rasul.
(1) Paulus mengatakan “Dia tidak mengenal dosa” (2 Korintus 5:21).
(2) Petrus mengatakan “Ia tidak berdosa” ( 1 Petrus 2:21-22).
(3) Yohanes mengatakan “Di dalam Dia tak ada dosa” (1 Yohanes 3:5).
(4) Ibrani mengatakan bahwa Ia dicobai dalam semua segi, seperti kita, “tetapi tanda dosa” (AV) atau “terpisah dari dosa” (Ibrani 4:15).
(5) Dia adalah suci (1 Yohanes 3:3).
(6) Ia yang lahir dari Allah tak dapat berdosa sebab benih dari Allah tinggal di dalam Dia (1 Yohanes 3:9).  Bila ini demikian pada orang percaya, lebih lagi adalah benar terhadap Dia, Anak Allah.
(7) Yesus adalah “saleh, tanpa salah, tanpa noda, terpisah dari orang-orang berdosa” (Ibrani 7:26-27).
(8) Ia adalah persembahan “yang tak bercacat” waktu dikorbankan dalam persembahan (Ibrani 9:14; 1 Petrus 1:19-20).

g. Kesaksian dari Hukum Taurat.
Korban-korban karena dosa dalam Perjanjian Lama membayangkan korban Kristus untuk dosa.  Ketidak-berdosaan Kristus dinyatakan dengan tegas dalam  pemikiran-pemikiran berikut.
(1) Allah mengambil binatang yang tak bersalah dan tak berdosa untuk mati bagi manusia yang bersalah dan berdosa.  Tak ada binatang yang pernah berdosa, atau dapat berdosa.
(2) Semua korban harus “yang sempurna agar dapat diterima (AV)” (Imamat 22:21).  Kata “sempurna” berarti “tanpa cacat, lengkap,  penuh, tulus”.
(3) Korban-korban harus “tanpa cela” untuk dipersembahkan kepada Allah (Bilangan 19:2, 28:3, 9,11 dengan Ibrani 9:14; 1 Petrus 1:19-20).
(4) Korban-korban harus “tidak bercacat” (Keluaran 12:5; 29:1, Imamat 4:3, 23, 28:32).
(5) Malahan di dalam “Persembahan karena dosa”.  Allah menekankan bahwa persembahan karena dosa itu harus “persembahan maha kudus” (Imamat 4; 7:1; Lukas 1:35).
Tetapi kodrat hewan tidak dapat mendamaikan kodrat manusia.  Hewan hanya dapat digunakan sebagai korban pengganti sampai kodrat manusia yang sempurna tanpa dosa dari Yesus dapat dipersembahkan dalam karya pendamaian di salib.  Sistem korban hukum Taurat menjadi tipe Yesus yang walaupun sebagai persembahan karena dosa, namun harus tak berdosa.
h. Kesaksian Mazmur.
Mazmur Mesianik berbicara mengenai Kristus sebagai yang benar dan yang kudus.  Mazmur-mazmur ini menubuatkan kedatangan Kristus yang akan menjadi Juruselamat Israel dan dunia yang tak berdosa.  Mazmur-mazmur ini juga menubuatkan bagaimana Ia akan dipersembahn sebagai persembahan untuk keselamatan kita (Mazmur 40:6-10; 16:8-11; 22:1-31).
i. Kesaksian Nabi-Nabi.
Nabi-Nabi menubuatkan kedatangan Penebus, yang akan menjadi “Tunas Yang  Adil” Kerajaan Daud yang akan menjadi jiwaNya yang tak berdosa sebagai “korban untuk dosa”, dan oleh sebab itu menjadikan “Tuhan Kebenaran Kita”.  Ini menubuatkan mengenai ketidak-berdosaan Kristus.  Nubuat-nubuat ini mengungkapkan pengetahuan sebelumnya dari Allah Yang Maha Kuasa mengenai inkarnasi dan ketidak-berdosaan Kristus.  (Yeremia 23:5-6; Yesaya 53:10; Zakharia 3:8-9; 6:12-13).
j. Argumentasi dari Kristologi.
(1) Kristus adalah Allah yang berinkarnasi, Allah yang memanifestasi di dalam daging, Allah yang memakaikan kepada DiriNya kemanusiaan.
(2) Waktu menjadi manusia Ia tidak mengesampingkan atribut esensial atau moralNya, tetapi menundukkan DiriNya kepada kehendak Bapa untuk semua keadaanNya, semua yang dikatakanNya dan semua yang dilakukanNya.
(3) Persatuan kodrat Ilahi dan yang manusiawi dalam satu oknum Kristus memungkinkan ketidak-berdosaan Kristus, walaupun dicobai dalam semua segi seperti kita.
Kesaksian Kitab Suci adalah lengkap. Walaupun lahir dari perawan Maria, dimana ia sendiri orang berdosa dan perlu penebusan, namun Yesus tidak mewarisi kemanusiaan yang berdosa.  Allah menghasilkan “sesuatu yang bersih” dari perempuan itu (Ayub14:4; 15:14; 25:4).  Ketidak-berdosaan kemanusiaan Yesus adalah hasil mujizat.
Dr. Charles A. Ratz dalam \The Person of Christ\” mengutip inskripsi Latin kuno yang dipahatkan di marmer, yang ditemukan di Asia mengenai iman akan Tuhan Yesus Kristus, kekristenan abad pertama. Tulisan itu berbunyi :
Aku ada (sekarang) apa yang aku ada (dulu) – Allah.

Aku ada (dulu) bukan yang Aku ada (sekarang) – manusia.

Aku ada sekarang keduanya disebut, Allah dan Manusia.
Kristus yang sebenarnya sebagai Manusia-Allah adalah \”Mediator yang lebih baik\” dari \”Perjanjian yang lebih baik.\”

[END] @2003-2004.(Dari buku yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Majelis Pusat GPdI dan diperbanyak oleh Departemen Literatur dan Media Massa).”


Share on Google Plus

Bagus Pamungkas

Saya adalah salahseorang cantrik Sekolah Minggu Gus Mendem dan Kawan Kawan dalam barisan Muslim yang melawan aksi penyesatan iman dan segala bentuk upaya pemurtadan terhadap umat Islam yang dilakukan secara melawan hukum baik oleh individu-individu maupun kelompok-kelompok tertentu demi kepentingan Kristen. Meski demikian, blog ini tidak dimaksudkan untuk umat Kristen secara luas melainkan terbatas hanya untuk para Misionaris, Evangelis, dan pendukungnya saja. Publikasi blog ini adalah bagian dari tugas para cantrik Gus Mendem menghimpun berbagai konten yang relevans dengan isu di atas, untuk selanjutnya diwartakan ke tengah-tengah komunitas penginjil dimaksud
UNTUK DIPERHATIKAN
Admins menghormati hak kebebasan berpendapat anda dalam merespons artikel manapun yang tersaji di sini. Karenanya, tidak ada pemberlakuan persyaratan khusus yang dapat diartikan sebagai pembatasan atas hak tsb. Sebagai gantinya, kami hanya minta anda menghormati kewajiban moral anda sendiri dengan menghargai tata-krama serta adab yang berlaku dalam budaya kita. Ekspresikanlah pendapat anda dengan menggunakan bahasa yang baik. Terima kasih.
    Blogger
    Facebook

0 Comments:

Post a Comment