Sebagaimana difahami oleh umumnya kaum muslimin, dasar agama Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits seperti yang difahami oleh para shahabat radliyallahu `anhum serta ijma’ para shahabat dan para Imam Tabi’in sebagai dasar yang ketiga. Hal ini bukan saja diketahui oleh kaum Muslimin, bahkan telah diketahui pula oleh para peneliti agama-agama dari kalangan Kristen dan Yahudi.
Pengetahuan kaum muslimin tentang dasar-dasar pokok ajaran Islam ini mendorong mereka mempelajarinya dan memahami serta mengamalkannya. Namun pengetahuan musuh-musuh Islam tentang hal ini mendorong mereka untuk mencetuskan permusuhan terhadap agama Islam dan para pemeluknya dengan segala cara guna meruntuhkan keyakinan kaum Muslimin kepada ketiga dasar tersebut.
Upaya mengacaukan kebenaran Al-Qur’an sebagai kalamullah, misalnya sudah berjalan sejak munculnya tokoh yang bernama Jahm bin Shafwan di akhir masa tabi’in. kemudian dipopulerkan oleh Bisyir bin Ghayats Al-Marisi pada masa pemerintahan Al-Ma’mun, khalifah dari Daulah Abbasiyah.
Kedua tokoh ini menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk Allah. Ini merendahkan nilai Al-Qur’an sebagai kalamullah sehingga derajatnya sama dengan makhluk Allah lainnya, yakni bersifat fana yang pada suatu saat akan rusak dan binasa. Namun para ulama Ahlus Sunnah bereaksi keras membantah pemahaman bid’ah ini dan membuktikan dengan dalil-dalil yang kokoh tak terbantahkan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah, bukan makhluk!
APA ARTI KALAMULLAH?
Arti Kalamullah adalah firman Allah, yaitu ucapan Allah, sebagai salah satu sifat perbuatan-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai sifat kalam (berfirman sejak awalnya tanpa berpermulaan). Artinya, dari dulunya Allah sudah bersifat kalam. Bukan kemudian baru bersifat kalam. Sifat kalam ini abadi ada pada-Nya, tidak akan berakhir dan selamanya melekat pada-Nya [lihat: Al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah oleh Al-Hafidz Imam Abdul Qasim Ismail bin Muhammad bin Al-Fadl At-Tamimi Al-Asbahani, jilid I hal.211].
Sedangkan yang dinamakan Al-Qur’an adalah:
- Apa yang ada di lauh mahfuzh
“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Qur’an yang mulia, yang tersimpan di Lauhil Mahfuzh.” (Al-Buruj: 21-22)
- Apa yang diturunkan dari Allah kepada Nabi-Nya oleh malaikat Jibril
“Katakanlah (hai Muhammad): Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (An-Nahl: 102)
- Apa yang dibacakan oleh Jibril dan diikuti bacaannya oleh Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam
“Apabila kami telah selesai membacakannya (yakni bila Jibril telah selesai membacakan Al-Qur’an), maka ikutilah olehmu (hai Muhammad) bacaannya itu.” (Al-Qiyamah:18)
- Apa yang dihafal oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dalam hati beliau
“Katakanlah, barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Baqarah: 97)
- Apa yang dibicarakan oleh Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam kepada sekalian umatnya
“Dan Al-Qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu (Muhammad) dapat membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Al-Isra: 106)
- Yang tertulis di lembaran-lembaran (kitab) suci
“(Yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran (yang tertulis padanya Al-Qur’an) yang suci dari kesalahan.” (Al-Bayyinah: 2)
Imam Abu Utsman Ismail bin Abdurrahman As-Shabuni rahimahullah menjelaskan tentang Al-Qur’an adalah kalamullah dalam kitabnya yang masyhur Aqidatus Salaf Ashabul Hadits, halaman 30:
“Para Imam Ahlul Hadits bersaksi dan berkeyakinan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah, merupakan Kitabullah, firman-Nya, wahyu-Nya yang ia turunkan, dan bukan makhluk. Barangsiapa mengatakan bahwa Al-Qur’an makhluk, maka ia telah kafir! Adapun yang dimaksud Al-Qur’an sebagai kalamullah dan wahyu-Nya itu ialah yang malaikat Jibril turunkan kepadanya (Muhammad) sebagai kitab suci yang berbahasa Arab untuk kaum yang mau mengerti sebagai berita gembira dan peringatan, seperti firman Allah (As-Syu’ara’: 191-192). Al-Qur’an ialah yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam kepada umatnya sebagimana yang telah diperintahkan, seperti firman Allah (Al-Maidah: 67). Maka yang disampaikan oleh Rasulullah adalah firman Allah, sebagaimana sabda beliau:
“Apakah kalian melarangku untuk menyampaikan kalamullah.” [HR. Bukhari dalam Al-Khalqu, Tirmidzi (2925), Ibnu Majah (210) dengan sanad SHAHIH]
Di samping itu, yang diimaksud sebagai Al-Qur'an adalah yang dihafal oleh hati, dibaca oleh lisan, dan ditulis di lembaran-lembaran, sebagaimana yang dibaca oleh pembacanya ataupun dihafal ayatnya oleh para penghafalnya. Al-Qur’ansebagai Kkalamullah juga berarti yang dibaca dan ditulis di mushaf (lembaran kitab Al-Qur’an) umat Islam atau yang ditulis di batu tulis anak kecil yang sedang belajar Al-Qur’an dan lain-lain. Semuanya itu adalah Al-Qur’an itu sendiri yang kami katakan bukan sebagai makhluk. Oleh karena itu, barangsiapa menganggap bahwa Al-Qur’an itu makhluk, ia telah kafir kepada Allah yang Maha Agung.”
Demikianlah keterangan Imam As-Shabuni. Sedangkan semakna dengan keterangan di atas adalah dari Imam Sa’id bin Utsman Ad-Darimi dalam kitab Ar-Raddu Ala Bisyir Al-Marisi (hal. 106-126) dan Ar-Raddu Alal Jahmiyah (hal. 82-102). Juga Imam Baihaqi dalam kitabnya Al-Asma’ was Sifat, Imam Laalikai dalam Syarah Ushul I’tiqad Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dan masih banyak lagi para Imam Ahlul Hadits mengatakan dan menerangkan tentang telah sepakatnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah, dan kafirnya orang yang mengatakan bahwa ia adalah makhluk.
Wallahu 'alam bissyawwab.
UNTUK DIPERHATIKAN
Admins menghormati hak kebebasan berpendapat anda dalam merespons artikel manapun yang tersaji di sini. Karenanya, tidak ada pemberlakuan persyaratan khusus yang dapat diartikan sebagai pembatasan atas hak tsb. Sebagai gantinya, kami hanya minta anda menghormati kewajiban moral anda sendiri dengan menghargai tata-krama serta adab yang berlaku dalam budaya kita. Ekspresikanlah pendapat anda dengan menggunakan bahasa yang baik. Terima kasih.
0 Comments:
Post a Comment