SIAPAKAH WARAQAH BIN NAUFAL?
Waraqah bin Naufal (Bahasa Arab ورقه بن نوفل) adalah sepupu ummu Khadijah istri Nabi Muhammad SAW, salahseorang yang pertama kali mengakui Islam. Nama lengkapnya adalah Waraqah bin Nawfal bin Assad bin Abd al-Uzza bin Qusayy Al-Qurashi.
Demikian jabatan-jabatan penting yang dipegang oleh Qushay al Quraisyh sebagai penerus kebijakan Nabi Ibrahim sang pendiri Ka’bah bersama putranya Ismail AS.
“Nabi kembali kepada Khadijah disaat jantungnya berdetak dengan cepat. Lalu Khadijah membawanya kepada Waraqah bin Naufal, seorang nasarah dan seorang pembaca Injil dalam bahasa Arab. Waraqah bertanya (kepada nabi), ”Apa yang kamu lihat?” Di saat nabi menceritakannya, Waraqah menjawab, “Itu adalah malaikat yang Allah utus kepada Musa. Andai aku masih hidup hingga engkau menerima wahyu, pastilah aku akan mendukungmu sekuat tenaga.” [HR. Bukhari]
Waraqah bin Naufal adalah seorang pengikut setia ajaran Ibrahim, dia mempelajari Taurat dan Injil (Golongan Hanif), keluarga mereka tidak ada yang menyembah berhala, membunuh anak perempuan dengan cara mengubur mereka hidup-hidup. Mereka tidak mengikuti tradisi jahiliyah tersebut. Kehidupan mereka di landasi kuat oleh ajaran Nabi Ibrahim As.
Nenek moyang mereka Qushay Al-Quraisyh adalah pemegang kunci Ka’bah. Seluruh kendali Kota Makkah di pegang oleh Qushay.
Sejak didirikannya Makkah di tempat itu sudah ada jabatan-jabatan penting seperti yang dipegang oleh Qushay bin Kilab pada pertengahan abad kelima Masehi. Pada waktu itu para pemuka Makkah berkumpul. Jabatan-jabatan hijaba, siqaya, rifada, nadwa, liwa’ dan qiyada dipegang semua oleh Qushay.
- Hijaba ialah penjaga pintu Ka’bah atau yang memegang kuncinya,
- Siqaya ialah menyediakan air tawar – yang sangat sulit waktu itu bagi mereka yang datang berziarah serta menyediakan minuman keras yang dibuat dari kurma,
- Rifada ialah memberi makan kepada mereka semua,
- Nadwa ialah pimpinan rapat pada tiap tahun musim,
- Liwa’ ialah panji yang dipancangkan pada tombak lalu ditancapkan sebagai lambang tentara yang sedang menghadapi musuh, dan
- Qiyada ialah pimpinan pasukan bila menuju perang. Jabatan-jabatan demikian itu di Mekah sangat terpandang. Dalam masalah ibadah seolah pandangan orang-orang Arab semua tertuju ke Ka’bah itu.
Tradisi agama Ibrahim yang kuat ini selalu di pegang teguh oleh keturunannya melalui Ismail sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
Waraqah bin Naufal adalah seorang yang sangat menyukai ilmu agama, dia mempelajari Taurat dan Injil, dua kitab suci yang di turunkan oleh Allah kepada Nabi Musa AS dan Nabi Isa As. Ciri-ciri nabi yang akan diutus di tanah arab sudah diketahui oleh Waraqah bin Naufal. Hanya saja ketika nabi itu diutus, kedua mata Waraqah sudah buta, dan umurnya sudah lanjut. Namun begitu ia tidak tuli.
Sejarah Waraqah ini tidak lepas dari sejarah turunnya wahyu pertama yang diterima oleh nabi. Istri beliau; Siti Khadijah adalah seorang istri yang sangat mencintai suami. Di tanah arab wanita ini di juluki At Thahirah (perempuan suci). Kecintaan beliau terhadap Rasulullah SAW mengalahkan segalanya. Kepatuhan, kesantunan dan kehormatan beliau terhadap nabi tidak ada tandingannya. Itulah sebabnya nabi tidak punya istri selain Siti Khadijah saja ketika Khadijah masih hidup.
Jabal Nur, persisnya Gua Hira, adalah tempat di mana Nabi Muhammad SAW kerap mengasingkan diri. Di tempat inilah beliau menerima wahyu pertamanya pada malam 17 bulan Rahmadan tahun 610M. Diriwayatkan bahwa ketika menerima wahyu tsb berkali-kali tubuhnya didekap oleh Malaikat Jibril sehingga beliau sulit bernafas. Ini membuatnya ketakutan, apa lagi yang datang pada malam hari itu bukan manusia, tentu saja sangat wajar jika kehadirannya menimbulkan rasa khawatir, bahkan takut (kalau-kalau ajal sedang menjemput), menyebabkan jantung berdebar keras dan sekujur tubuh gemetar, sementara keringat bercucuran walau malam begitu dingin.
Rasa khawatir kalau nyawanaya tidak akan lama lagi membuat beliau mengambil keputusan untuk pulang ke rumah yang jaraknya sekitar 6 km dari Gua Hira (sekarang Jabal Nur). Di rumah, nabi langsung menuju ke tempat tidur, dengan badan gemetar bercucuran keringat dingin dan meminta ummu Khadijah untuk menyelimutinya.
Ketika Khadîdjah melihat beliau telah kembali seperti semula, ia pun mengajak Nabi Muhammad SAW pergi ke rmah putera pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal, seorang bijak dan menguasai kitab-kitab suci dan sangat menguasai bahasa ‘Ibrâni. Sesampainya di sana Nabi pun menceritakan kepada Waraqah apa yang dialaminya di gua Hirâ’. Mendengar cerita itu Waraqah sangat terkejut, lalu berkata kepada beliau:
“Demi Allâh Yang jiwa-ku di tangan-Nya, sesungguhnya engkau adalah Nabinya umat ini, dan sesungguhnya yang datang kepada-mu itu adalah Namûs yang besar (Jibrîl) yang pernah datang kepada Mûsâ. Sesungguhnya kaum-mu akan mendustakan-mu, menyakiti-mu, mengusir-mu dan memerangi-mu”.
Diriwayatkan oleh Aisyah,
“Nabi kembali kepada Khadijah disaat jantungnya berdetak dengan cepat. Lalu Khadijah membawanya kepada Waraqah bin Naufal, seorang nasarah dan seorang pembaca Injil dalam bahasa Arab. Waraqah bertanya (kepada nabi), ”Apa yang kamu lihat?” Di saat nabi menceritakannya, Waraqah menjawab, “Itu adalah malaikat yang Allah utus kepada Musa. Andai aku masih hidup hingga engkau menerima wahyu, pastilah aku akan mendukungmu sekuat tenaga.” [HR. Bukhari]
Nabi muhammad saw amat terkejut mendengar penuturan Waraqah, terutama sekali ucapan yang menyatakan bahwa beliau akan diusir oleh kaumnya, sebab beliau mengetahui betul bagaimana kedudukannya di tengah-tengah kaum Quraisy yang selalu memanggilnya dengan sebutan Al-Amîn. Bukankah hal itu sendiri sebetulnya sudah menunjukkan betapa mulianya Muhammad di hadapan kaum Quraisy, dan betapa bear percayanya mereka kepada beliau?
Maka dengan rasa heran yang besar Nabi Muhammad bertanya kepada Waraqah:
“Apakah mereka benar-benar akan mengusir aku?” Dengan tegas Waraqah menjawab: “Benar, tidak ada seorang pun yang datang dengan membawa — ajaran — seperti yang engkau bawa melainkan ia pasti dimusuhi dan diperangi oleh manusia banyak”.
Lalu Waraqah mengutarakan angan-angannya kepada suami sepupunya itu. Seandainya ia masih muda, tentu ia akan mendampingi Muhammad menyebarkan risalahnya. Namun sayang, usianya ketika itu sudah sangat tua dan tidak lama setelah itu ia pun wafat.
Sebagian orang ketika itu ada yang meragukan "keislaman" Waraqah, namun Rasûlullâh saw. menyanggah keraguan mereka, dan bersabda:
“Janganlah kalian mencela Waraqah, karena aku pernah melihatnya memiliki sebuah atau dua-buah Surga”. [H.R. Al-Hâkim -. Lihat Al-Ahâdîtsush-Shahîhah oleh As-Syaikh Al-Albânî jilid I no. 405]
Kembali ke awal kisah. Setelah mendapatkan penjelasan dari Waraqah, Nabi Muhammad pulang dengan perasaan tenang ke rumahnya bersama Khadîjah. Telah jelas bagi beliau, bahwa yang datang padanya itu adalah wahyu dari Allâh, dan beliau yakin seraya berharap wahyu itu akan segera datang lagi kepadanya.
Tapi tidak seperti yang diharapkannya, ternyata wahyu berikutnya tidak kunjung datang untuk waktu yang cukup lama, sehingga membuatnya kembali merasa tidak tenang. Dalam keadaan seperti itu, wahyu berikutnya pun datang dan membuat hatinya kembali tenteram.
Sejak itulah hati Rasûlullâh saw benar-benar mantap, bahwa wahyu memang datang dari Allâh SWT, dan bahwasanya Allâh telah memilihnya untuk membawa agama langit kepada umat manusia dan mengembalikan agama-agama langit — yang dibawa oleh para utusan Allah sebelumnya — yang keasliannya telah dikotori oleh tangan-tangan manusia tidak bertanggungjawab.
Sejak itulah hati Rasûlullâh saw benar-benar mantap, bahwa wahyu memang datang dari Allâh SWT, dan bahwasanya Allâh telah memilihnya untuk membawa agama langit kepada umat manusia dan mengembalikan agama-agama langit — yang dibawa oleh para utusan Allah sebelumnya — yang keasliannya telah dikotori oleh tangan-tangan manusia tidak bertanggungjawab.
Nabi Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul Allâh dan merupakan Nabi terakhir yang diutus-Nya ke bumi untuk menyampaikan risalah Islâm kepada seluruh umat manusia, membebaskan manusia dari belenggu kekafiran, perbuatan syirik dan alam jahiliyyah, sekaligus membawa kepada cahaya Imân, yaitu Tauhîd dan Islâm.
Sampai di sini, bagaimana ceritanya ada segolongan umat kristen yang bertegar tengkuk mengklaim bahwa kerasulan Nabi Muhammad saw "disahkan" oleh seorang imam kristen bernama Waraqah bin Naufal?
Wallahu a`lam bis shawab.
[Sumber: Langgar Ijo | Dari berbagai sumber]
UNTUK DIPERHATIKAN
Admins menghormati hak kebebasan berpendapat anda dalam merespons artikel manapun yang tersaji di sini. Karenanya, tidak ada pemberlakuan persyaratan khusus yang dapat diartikan sebagai pembatasan atas hak tsb. Sebagai gantinya, kami hanya minta anda menghormati kewajiban moral anda sendiri dengan menghargai tata-krama serta adab yang berlaku dalam budaya kita. Ekspresikanlah pendapat anda dengan menggunakan bahasa yang baik. Terima kasih.
0 Comments:
Post a Comment