Selain Nabi Muhammad SAW, tidak ada Nabi yang memberikan syafaat. Dan Syafaat Nabi Muhammad SAW akan diberikan kepada pengikutnya, yakni kaum muslimin dan muslimat yang selalu bershalawat untuknya. Lantas, mengapa dikatakan tidak ada nabi yng memberikan syafaat seperti halnya Nabi Muhammad SAW?
Al-Quran menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan satu-satunya Nabi yang diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia, sehingga tugas Rasulullah sangatlah berat, tidak seperti tugas nabi-nabi terdahulu yang diutus hanya untuk umat tertentu, namun tingkat keberhasilannya belum tentu maksimal.
Artinya, nabi-nabi terdahulu diutus hanya untuk umatnya masing-masing saja, sedangkan sebagai nabi terakhir, Rasulullah SAW diutus untuk mengajarkan risalahnya kepada seluruh umat manusia sejak masa kerasulannya hingga akhir zaman nanti.
Allah berfirman,
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰكِنْ رَّسُوْلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِيّٖنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا
Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Ahzab: 40)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (wahai Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
Dua ayat di atas menjelaskan dengan amat terang bahwa sebagai utusan terakhir Allah, nabi Muhammad SAW tidak hanya diutus bagi kaumnya, bangsa Arab, akan tetap bagi seluruh makhluk di alam semesta!
Al-Quran juga menjelaskan bahwa tidak ada satu nabi pun yang dapat menembus Sidrat Al Muntaha (di mana Allah bersemayam) kecuali Rasulullah SAW. Hal itu menjadi bukti bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Sayyidul anbiya wal-mursalin.
Pada hari kiamat nanti, semua manusia akan dikumpulkan dan mereka mulai mencari para Nabi. Pertama-tama mereka berlutut memohon syafaat kepada Nabi Adam, tapi ditolak. Nabi Adam menyuruh mereka untuk memohon kepada Nabi Nuh. Tapi Nabi Nuh juga menolak dan menyuruh mereka memohon kepada Nabi Ibrahim. Tapi lagi-lagi permohonan mereka ditolak oleh Nabi Ibrahim yang menyuruh mereka untuk memohon kepada Nabi Musa. Namun Nabi Musa juga menolak dan menyuruh mereka untuk memohon kepada Nabi Isa. Ternyata Nabi Isa juga menolak dan menyuruh mereka untuk memohon kepada Nabi Muhammad. [HR Bukhari - Muslim | Lihat selengkapnya]
Mengapa semua Nabi menolak memberikan syafaat?
Karena mereka memang tidak kuasa memberi syafaat, kecuali hanya Nabi Muhammad saja.
Allah berfirman,
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya! Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah: 255)
Tentang syafaat ini, Rasulullah SAW bersabda:
لِكُلِّ نَبِىٍّ دَعْـوَةٌ مُسْـتَجَابَةٌ فَتَعَجَّـلَ كُلُّ نَبِىٍّ دَعْوَتَـهُ وَإِنِّى اخْتَبَأْتُ دَعْـوَتِى شَــفَاعَةً لأُمَّـتِى يَوْمَ الْقِيَـامَـةِ فَهِىَ نَائـِلَةٌ إِنْ شَـاءَ اللَّهُ مَنْ مَـاتَ مِنْ أُمَّـتِى لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
“Setiap Nabi mempunyai doa yang mustajabah, maka doa setiap Nabi dikabulkan segera, sedangkan aku menyimpan doa(mustajabah)ku untuk memberikan syafaat kepada umatku di hari kiamat. Syafaat itu, insya Allah, diperoleh umatku yang meninggal tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun”.
Dengan demikian, hanya Rasulullah sajalah yang akan memberikan syafaat bagi seluruh umat manusia. Dan pada saatnya nanti beliau akan berkata: “Ana laha, ana laha,”. Yang artinya: “Aku untuk dia, aku untuk dia”, maka Allah berfirman: “Isyfa tusayaffa,”. Yang artinya: “Berikanlah syafaat (kepada dia) maka (dia) akan diberikan syafaat,”.
Siapakah yang dimaksud sebagai "dia" dalam kalimat di atas?
Benar! Mereka adalah umat Islam yang sering melafadzkan shalawat untuk Nabi! Dan ada yang sangat perlu untuk digarisbawahi di sini, yakni bahwa bershalawat pada prinsipnya bukan mendoakan keselamatan untuk Nabi - sebab tanpa itu pun sesungguhnya Allah sudah menjamin keselamatan beliau - akan tetapi lebih kepada bentuk syukur umat Islam kepada Allah dan terima kasih kepada nabi Muhammad SAW karena berkat kerasulan beliau lah setiap Muslim dipertemukan dengan Al-Quran, belajar menjalani kehidupan dunia dan akhirat melalui teladan yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW.
UNTUK DIPERHATIKAN
Admins menghormati hak kebebasan berpendapat anda dalam merespons artikel manapun yang tersaji di sini. Karenanya, tidak ada pemberlakuan persyaratan khusus yang dapat diartikan sebagai pembatasan atas hak tsb. Sebagai gantinya, kami hanya minta anda menghormati kewajiban moral anda sendiri dengan menghargai tata-krama serta adab yang berlaku dalam budaya kita. Ekspresikanlah pendapat anda dengan menggunakan bahasa yang baik. Terima kasih.
0 Comments:
Post a Comment