Deretan pertanyaan di bawah ini sebetulnya wajar-wajar saja dan biasa-biasa saja. Siapapun yang pernah belajar teologi Kristen, sekalipun cuma sambil lalu, rasanya tidak akan mengalami kesulitan untuk menjawabnya. Tapi kemudian menjadi cetar membahana tatkala kita membaca embel-embel di bawahnya yang berisi klaim dahsyat; jangankan cuma GM atau Prof. Menachem Ali sang pakar Judaismologi Indonesia, sedangkan para rabbi Yahudi kelas dunia sekondang kiyai Ben Abrahamson dan ustadz Tovia Singer saja sudah 15 tahun ini tidak mampu jawab!
Padahal, rasanya sih, buat para cantrik Sekolah Minggu Gus Mendem Dan Kawan Kawan sekalipun, pertanyaan model begini tidak akan membuat mereka menghabiskan waktu sampai lebih dari 15 menit untuk menjawabnya!
Tapi karena pemilik klaim dahsyat di atas, adik kita Kitri Dewi Trouerbach yang nampaknya merasa lebih Yahudi daripada para rabbi Yahudi sendiri secara khusus menyebut-nyebut nama GM sebagai salahsatu yang sampai mencret karena tidak sanggup menjawab pertanyaannya, maka walau enggan -- karena GM tidak suka meladeni perempuan berdebat -- mewakili para cantrik sekolah minggu, mari sama-sama kita lihat saja selama dan sekuat apa nantinya dia akan meliuk-liuk mempertahankan klaim dahsyatnya sendiri setelah pertanyaannya kita jawab dalam waktu kurang dari 15 menit!
Begini dia menulis daftar pertanyaannya:
Kalau YHWH Tuhan di Alkitab sama dengan ALLAH ilahnya Islam di Al Quran seperti kata rabbi Yahudi pujaan para muslim itu:
- YHWH punya Roh sendiri. Ke mana rohnya Allah di Al Quran yg dikisahkan keberadaannya di TaNaKh Kejadian 1:1-3?
- Hukum sudah ditetapkan, mata ganti mata, nyawa ganti nyawa, kenapa berubah jadi ganti amal baik?
- Hukum sudah ditetapkan "mencuri ganti 4x lipat" mengapa berubah jadi potong tangan?
- YHWH punya Memra Yang Hidup, ke mana keberadaan Memra ini di Al Quran, kenapa cuma jadi kalimat mati yang untuk datang ke bumi harus digendhong makhluk bernama Jibril?
- YHWH sudah berkata "YHWH seh shemi l'olam" (YHWH itulah namaKu yang kekal) - Torah Keluaan 3:15, mengapa tiba-tiba berubah nama jadi Allah (QS 20:14) tanpa penjelasan apapun?
- YHWH berkenan dipanggil Bapa karena Dia terlebih dahulu memandang manusia sebagai anak-anak-Nya, mengapa setelah ribuan tahun tiba-tiba benci dan murka berat kalau ada manusia yg disebut anaknya dalam pengertian apapun? (QS 19:88-93)
Rabbi Yahudi idola para muslim seperti Ben Abrahamson, Tovia Singer, dsb juga profesor andalan muslim Menachem Ali sudah macet mencret tidak mampu menjawab. Gus Mendem juga sudah pernah saya ajukan pertanyaan yang sama, hasilnya sama-sama mencret macet, kok hari ini masih nekat pakai argumen yang sama. Itu namanya kebodohan.Tafsir TaNaKh itu ada sendiri namanya Targum, ditulis dalam bahasa Aramaic, penulisannya diawasi oleh Nabi Haggai dam Nabi Maleachi - dan tidak ada di sana YHWH boleh dianggap sama dgn ilah lain yg nama-Nya bukan YHWH.YANG SUDAH TERTULIS di Mazmur 96:5 TETAP TERTULIS sampai sekarang:ILAH SEGALA BANGSA ADALAH BERHALA YANG HAMPA TETAPI YHWH SAJA YANG MENJADIKAN SHAMAYIMEnam pertanyaan tantangan di atas sejak 15 tahun yang lalu sampai sekarang belum ada yang bisa menjawab, bukti bahwa YHWH adalah YHWH sebagaimana adanya YHWH. Allah ilahnya Islam adalah ilah lain yang bukan YHWHNamanya beda, karakter beda, kehendak beda, bahkan sorganya beda.
Dan berikut ini adalah tanggapan 15 menit GM untuk enam pertanyaan versi lomba cerdas cermat siswa sekolah minggu tingkat kecamatan yang konon katanya sudah 15 tahun belum terjawab.
1. ROH ALLAH
Seperti dijelaskan juga oleh otoritas SabdaWeb Terjemah LAI yang menuliskan kata "Roh Allah" dalam Kejadian 1:1-3 tidak dimaknai oleh umat Yahudi sebagai ALLAH memiliki Roh seperti halnya manusia, sebagaimana yang diimani oleh mayoritas umat Kristen hingga dewasa ini. ALLAH yang diimani oleh umat Yahudi tidak serupa dengan apapun, apalagi sampai dianggap serupa dengan makhluk ciptaan-Nya sendiri yang hidup karena dikaruniai-Nya dengan roh (Kejadian 3:6).
Rukun Iman umat Yahudi menegaskan;
" … Sang Khalik, terpujilah Nama-Nya, tidak berjasad, lepas dari segala sifat kebendaan, dan mustahil dibandingkan dengan apa pun jua." (Rukun Iman Yahudi No. 3).
Dalam kalimat-kalimat yang berbeda, Islam mengajarkan prinsip yang persis sama dengan pemahaman umat Yahudi tentang eksistensi ALLAH seperti di atas, antara lain tertuang dalam QS. 112:1-4. Sedangkan LAI menterjemahkan Kejadian 1:1-3 secara keliru sehingga menyebabkan mayoritas pengikut Paulus mempercayai bahwa Roh ALLAH adalah ALLAH.
Dalam kalimat-kalimat yang berbeda, Islam mengajarkan prinsip yang persis sama dengan pemahaman umat Yahudi tentang eksistensi ALLAH seperti di atas, antara lain tertuang dalam QS. 112:1-4. Sedangkan LAI menterjemahkan Kejadian 1:1-3 secara keliru sehingga menyebabkan mayoritas pengikut Paulus mempercayai bahwa Roh ALLAH adalah ALLAH.
ALLAH tidak pernah merobah Hukum Qishash, yaitu hukum balas mata ganti mata, nyawa ganti nyawa. Al-Quran menegaskan perkara ini dalam QS. 2:178-179 dan QS. 5:45 sedangkan tatalaksananya diatur dan dijelaskan dalam hadits-hadits Rasulullah SAW yang terhimpun dalam Fiqh Qishash.
Justru para bapak moyang Kristenlah yang seenak perut mengganti Hukum Qishas dengan "Hukum Kasih" sekalipun sudah sangat jelas perbuatan itu melawan kehendak ALLAH yang disampaikan oleh nabi Yesus AS dalam Matius 5:29-30; Matius 18:8-9; Markus 9:43,45,47; dan Yohanes 8:7.
3. HUKUM MENCURI, GANTI 4 KALI LIPAT
Supaya dipahami, hukum terhadap perbuatan mencuri dalam Bible tidak ada yang tetap atau hanya berpusat pada satu-satunya ketentuan, yaitu ganti 4 kali lipat saja. Konsekuensi dari mencuri adalah mengembalikan barang yang dicuri, ganti 2 kali lipat, ganti 4 kali lipat, atau ganti 5 kali lipat, semuanya sangat tergantung pada sikon dan objek yang dicuri. (lihat Imamat 6:2-4, Keluaran 2:27, Keluaran 22:1-4, dan Lukas 19:8).Tetapi yang sudah jelas tetap dan pasti adalah, Keluaran 20:15 melarang mencuri, sebab mencuri adalah perbuatan dosa, dan dosa menyesatkan manusia.
Lalu, bagaimanakah nabi Yesus AS menyikapi perbuatan yang dilakukan oleh tangan-tangan para pencuri yang tersesat ini? Baca lagi Matius 5:29-30, Matius 18:8-9, dan Markus 9:43, 45, 47 di atas. Di sana ditegaskan bahwa bukan hanya tangan si pencuri yang harus dipotong, tapi matanya yang menyesatkan sehingga si pelaku menjadi pencuri juga harus dicungkil!
Dengan demikian, hukum potong tangan yang berlaku bagi para pencuri dalam ranah hukum Islam mau dituding menyalahi, atau mengganti hukum ALLAH yang mana dari hukum-hukum di atas?
Justru Islam lah yang secara konsekuen melaksanakan hukum-hukum ALLAH sesuai dengan ketetapan yang berlaku dalam kitab-kitab suci-Nya. Sementara mayoritas umat Paulus pura-pura buta-tuli berjamaah terhadap konsekuensi tuntutan hukum yang jelas-jelas tertulis di dalam kitabnya sendiri!
4. MEMRA YANG HIDUP
Dalam tradisi Rabinik, kata "Memra" tidak pernah dimaknai sebagai wujud Allah dalam rupa apapun seperti yang divisualisasikan dalam injil-injil kanonik sebagai Teofani. Memra adalah padanan kata dari Ma'amar, Dibbur, atau Logo yang secara sangat eksklusif hanya dihubungkan dengan firman.
Dalam Targum, Memra didefinisikan sebagai firman dalam artian "kata atau ucapan ALLAH yang kreatif atau direktif yang memanifestasikan kuasa-Nya di dunia materi atau pikiran." Istilah ini digunakan terutama sebagai "pengganti Tuhan" ketika ekspresi antropomorfik harus dihindari (lihat lagi Rukun iman Yahudi ke-3 di atas).
Jadi, karena pada prinsipnya Memra adalah firman ALLAH, tentu saja segala interpretasi yang menyebut memra "menampakkan diri secara fisik" kepada manusia adalah pemikiran konyol yang secara frontal melawan definisi Memra itu sendiri! Memangnya siapa manusia di dunia ini yang pernah melihat suara atau kata-kata yang keluar dari mulut manusia lainnya, apalagi melihat kata-kata atau firman yang keluar dari sisi ALLAH?
Lalu, bagaimana sebenarnya "Memra" ini berinteraksi dengan manusia?
Sebagai contoh, baca baik-baik kisah percakapan Musa dengan Allah dalam Keluaran 3:2-14.
Yang berbicara (mentransmisi Firman, Memra, Ma'amar, Dibbur, Logo) di sana adalah ALLAH tapi DIA tidak pernah hadir secara fisik melainkan senantiasa melalui perantara Malaikat-Nya, yang atas izin dan kuasa-Nya, dapat berobah bentuk menjadi apa saja. Proses transmisi firman seperti inilah yang berlaku pada setiap nabi dan rasul ALLAH, termasuk kepada nabi Yesus AS dan nabi Muhammad SAW dalam berbagai bentuk interaksi yang bervariasi.
YHWH, dalam kitab Ibrani ditulis ืְืืָ֞ื dibaca Yahweh, dan 16 nama-nama ALLAH lainnya dalam bahasa ibu nabi Yesus AS ini diakui oleh para rabbi Yahudi jaman now merujuk pada satu-satunya sosok yang sama, yaitu ELOHE, atau ALLAH dalam bahasa Al-Quran. Dan ALLAH memberi petunjuk perihal "perbedaan" penyebutan nama-Nya ini dalam salahsatu firman-Nya,
"Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. …." (QS. 14:4)
Itu sebabnya kenapa umat Islam tidak menyebut ALLAH dengan kata YAHWEH, begitu pula sebaliknya, umat Yahudi juga tidak menyebut YAHWEH dengan kata ALLAH, sebab kedua umat ini mengenal ALLAH yang sama tapi dalam bahasa nabi dan rasulnya masing-masing.
Kendati demikian, dengan sedikit menggunakan akal sehat, penjelasan berbasis studi linguistik tentang proses terjadinya perbedaan penyebutan nama ALLAH di antara dua bangsa Semitik yang bersaudara ini sebenarnya mudah untuk dipahami.
6. YHWH MENJADI BAPA MANUSIA?
Torah, Mazmur, dan Injil (baca: bukan Bibel) adalah kitab-kitab suci dari ALLAH yang diturunkan melalui Nabi Musa AS, nabi Dawud AS, dan nabi Yesus AS khusus dan sangat terbatas hanya untuk Bani Israel. Dengan demikian, segala sesuatu yang tertulis di dalam kitab-kitab tsb sejatinya merupakan "urusan internal" antara ALLAH dengan bangsa Yahudi saja. Tidak ada urusannya dengan bangsa lain di luar ke-12 suku bangsa Yahudi.
Jika di dalam kitab-kitab tsb didapati interpretasi kausal antara "Bapa dan anak-anak ALLAH", maka harap dicatat! Menurut para rabbi jaman now, bangsa Yahudi sendiri memahaminya bukan dalam arti literal, melainkan sebagai gelar untuk orang-orang saleh yang dekat dengan Allah, atau sebaliknya.
Kendati demikian, perlu dicatat bahwa kita tidak pernah tahu apakah memang benar ALLAH mengijinkan manusia menganggap DIA sebagai "Bapa Manusia" seperti tertulis dalam Bible yang kita baca hari ini, karena khususnya kitab-kitab yang dianggap sebagai Perjanjian Lama di mana terms ini banyak ditemui adalah hasil salin ulang dari berbagai sumber yang dimulai pengerjaannya antara tahun 470 - 500 SM, ratusan tahun setelah kitab-kitab aslinya sendiri sudah musnah seiring berjalannya waktu, atau hilang entah kemana.
:: Salahsatu referensi terkait isu ini bisa dipelajari di sini
Di sisi lain, Al-Quran diturunkan oleh Allah melalui nabi Muhammad SAW bukan untuk bangsa Yahudi atau bangsa Arab saja, tapi untuk seluruh umat manusia. Jadi, adalah pemikiran yang salah dan jelas-jelas konyol bila ada umat Paulus yang beranggapan bahwa secara normatif Al-Quran harus tunduk pada Bible Kristen dan membatasi ruang lingkupnya sesempit dunia PL dan PB saja.
Lagipula, aturan siapa yang menentukan segala sesuatu yang tertulis dalam Al-Quran harus merujuk pada Bible buatan bangsa pagan Yunani yang tidak pernah disebut-sebut, baik dalam Torah, Mazmur, Injil, apalagi Al-Quran yang sama-sama berasal dari ALLAH?
Al-Quran, di samping mengajarkan ribuan aspek terkait hubungan kausal antara ALLAH dengan umat manusia dan antar sesama umat manusia sendiri, salahsatu yang ditegaskan oleh ALLAH di dalamnya adalah anggapan ahlulkitab (umat Yahudi dan Kristen) tentang "anak-anak ALLAH" yang sangat tendensius menyesatkan pembaca sehingga memahaminya secara keliru, bahkan dapat dijadikan pembenar bahwa ALLAH sebagai "Bapa Manusia", adalah PEMAHAMAN YANG SALAH! (lihat QS. 112:1-4 dan QS. 5:18 atau lihat lagi jawaban untuk pertanyaan pertama di atas).
Ini mengindikasikan bahwa klaim "Bapa dan anak-anak ALLAH" dalam tradisi baca Bible cukup punya alasan untuk dicurigai sebagai pekerjaan "tangan-tangan jahil para pemilik pena palsu", alias bukan berasal dari ALLAH.
:: Lihat penjelasannya di sini
Adapun manifestasi puncak dari teologi Islam dan Yahudi adalah TAUHID, yakni pemahaman secara sempurna disusul dengan pengakuan secara absolut bahwa ALLAH tidak bersekutu dengan apapun dan tidak boleh disekutukan dengan apapun, diakhiri dengan sepenuh ketundukan bahwa tidak ada ilah lain yang berhak untuk disembah kecuali ALLAH.
Adapun manifestasi puncak dari teologi Islam dan Yahudi adalah TAUHID, yakni pemahaman secara sempurna disusul dengan pengakuan secara absolut bahwa ALLAH tidak bersekutu dengan apapun dan tidak boleh disekutukan dengan apapun, diakhiri dengan sepenuh ketundukan bahwa tidak ada ilah lain yang berhak untuk disembah kecuali ALLAH.
Itulah sebabnya kenapa baik ajaran Judaisme maupun Islam sama-sama menyatakan dengan tegas bahwa penyembahan terhadap tuhan lain, seperti yang dilakukan oleh umat Kristen bentukan Paulus, misalnya, adalah PENYEMBAHAN TERHADAP BERHALA.
Hal ini mudah dibuktikan dengan melihat fakta bahwa umat ini memang menjadikan replika tiang salib (yakni bentuk pahatan, baik dengan atau tanpa patung yang dianggap sebagai sosok Yesus di atasnya) sebagai media atau perantara penyembahan terhadap ALLAH LAIN yang bukan YHWH umat Yahudi dan bukan pula ALLAH umat Islam.
Kenapa kedua umat ini menyebut sesembahan Kristen sebagai ALLAH LAIN?
Karena ALLAH dalam perspektif Kristen tidak sama dengan ALLAH umat Yahudi atau ALLAH umat Islam sebagaimana sudah dijelaskan dalam jawaban ringkas untuk pertanyaan pertama di atas!
Jadi, jemaat Paulus dari denom manapun yang hari gini masih pedegeje (percaya diri gak jelas) mengaku-ngaku ber-ALLAH-kan YHWH tapi menafsirkan eksistensi YHWH secara suka-suka dan menyimpang dari apa yang sudah menjadi keyakinan turun temurun umat Yahudi bahkan sejak 17 abad sebelum Kristen sendiri lahir, jelas bukan merujuk kepada YHWH yang disembah oleh umat Yahudi, atau ALLAH yang disembah oleh umat Islam, tapi kepada YHWH KW2 alias YHWH Palsu!
Dengan demikian tentu saja sangat beralasan bila umat bentukan Paulus ini meyakini bahwa YHWH mereka adalah ALLAH yang berbeda dengan ALLAH umat Islam -- termasuk ALLAH umat Yahudi -- karena karakternya memang beda, kehendaknya juga beda, bahkan sorganya pun beda.
Nah, bicara tentang sorga, maka perlu disadari bahwa karena sorga milik YHWH umat Yahudi atau sorga milik ALLAH umat Islam adalah satu-satunya sorga yang sama di akhirat sana, demikian pula halnya dengan neraka-Nya, maka kelak kita semua hanya akan ditempatkan di salahsatu dari dua wilayah maha dahsyat ini untuk hidup selama-lamanya sebagai ganjaran atas segala perbuatan selama hidup di dunia.
Karena itu, sorga mana lagi yang boleh disebut sebagai "sorga yang berbeda" dengan sorga milik ALLAH atau milik YHWH, selain neraka?
Illustrasi di atas ini melukiskan bagaimana "kedekatan" para Rabbi Yahudi dengan "saudara" mereka yang Muslim di tanah Yudea sendiri, yang menunjukkan kepada kita bahwa mereka tidak punya masalah dengan perbedaan sebutan -- atau nama -- satu-satunya Tuhan yang benar, yang selama ini sama-sama mereka sembah.
Jelas ya?
Salam bagi umat yang mengikuti petunjuk!
Note: Original post dan dolah-dalihnya dapat disimak di sini.
UNTUK DIPERHATIKAN
Admins menghormati hak kebebasan berpendapat anda dalam merespons artikel manapun yang tersaji di sini. Karenanya, tidak ada pemberlakuan persyaratan khusus yang dapat diartikan sebagai pembatasan atas hak tsb. Sebagai gantinya, kami hanya minta anda menghormati kewajiban moral anda sendiri dengan menghargai tata-krama serta adab yang berlaku dalam budaya kita. Ekspresikanlah pendapat anda dengan menggunakan bahasa yang baik. Terima kasih.
0 Comments:
Post a Comment